bulan 12 tanggal 22 tes
bulan 12 tanggal 29 penguuman kelulusan
bulan 1 tanggal 7 masuk perdana
semoga sukses ERWIN GETIR....
Jumat, 28 Desember 2012
Minggu, 14 Oktober 2012
KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR INTERNAL
TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA/I
TINGKAT III
TETANG DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
DI AKADEMI
KEPERAWATAN HARAPAN MAMA
KABUPATEN DELI
SERDANG
TAHUN 2012
KARYA TULIS
ILMIAH
“Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan
Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang”
OLEH
ERWIN SAPUTRA
09.01.020
PROGRAM
PENDIDIKAN DIPLOMA III KEPERAWATAN
HARAPAN MAMA
KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Dokumentasi
Asuhan Keperawatan sangat penting bagi seorang perawat karena tanpa mengerjakan
Dokumentasi Asuhan Keperawatan pada pasien, perawat tidak berfungsi dan tidak ada
gunanya. Rencana keperawatan dan Tindakan keperawatan yang sangat penting bagi
pasien untuk menunjang kesembuhan demi memperoleh hasil evaluasi keperawatan
yang memuaskan, semuanya didapat setelah melakukan pengkajian dan merumuskan
masalah keperawatan. Itu semua merupakan isi dari Dokumentasi Asuhan
Keperawatan (Askep).
Menurut Kurikulum
D-III Keperawatan, semua Mahasiswa/i Keperawatan telah dibekali ilmu dasar
dalam penyusunan Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Diantaranya adalah mata kuliah
KDK (Konsep Dasar Keperawatan) dan DokKep (Dokumentasi Keperawatan),
dilanjutkan dengan mata kuliah KMB (Keperawatan Medikal Bedah) dengan melakukan
latihan dengan membuat asuhan keperawatan teoritis dari suatu penyakit sebagai
gambaran dalam menyusun Dokumentasi Asuhan Keperawatan dengan Metode Kasus.
Begitu juga dengan mata kuliah Keperawatan Maternitas, Keperawatan Anak,
Keperawatan Jiwa, Keperawatan Komunitas dan Keperawatan Keluarga.
Setelah
mengikuti semua perkuliahan dan latihan yang diberikan pada Mahasiswa/i Perawat,
diharapkan Mahasiswa/i mampu membuat Dokumentasi Asuhan Keperawatan (Askep)
dengan metode kasus sewaktu praktek belajar lapangan (PBL) di Rumah Sakit
tertentu. Akan tetapi, masih ada juga mahasiswa/i yang belum memahami tentang
Dokumentasi Asuhan Keperawatan dengan
metode kasus.
Keadaan
ini dibuktikan dengan adanya sejumlah Mahasiswa/i yang tidak mengikuti
bimbingan atau konsul pada dosen pembimbing Askep-nya. Akibatnya banyak
mahasiswa yang mengumpulkan Askep-nya tanpa mendapat persetujuan (ACC) dari
dosen pembimbing, bahkan ada yang tidak mengumpul tugas laporannya sama sekali.
Hal ini berakibat pada pengurangan nilai tugas laporan Askep tersebut Persentase nilai Mahasiswa pada mata kuliah yang
berhubungan dengan tugas laporan (Askep) dengan nilai rata-rata baik > 3.50,
nilai rata-rata sedang 2.75-3.54, nilai rata-rata buruk < 2.74 dan nilai
rata-rata sangat buruk (< 2.24 – 0). Dari hasil pengumpulan data di Akademi
Keperawatan Harapan Mama tahun 2012 dengan jumlah responden sebanyak 59 orang,
didapatkan nilai mata kuliah Keperawaan Medikal Bedah (KMB II) mayoritas
mendapat nilai sedang (2.75-3.54) 81,4 % sebanyak 48 orang dan minoritas
mendapat nilai buruk (< 2.74) 18,6 % sebanyak 11 orang. Nilai mata
kuliah Keperawatan Jiwa mayoritas
mendapat nilai sedang (2.75-3.54) 49,2 % sebanyak 29 orang, yang medapat nilai
buruk (< 2.74) 39,0 % sebanyak 23 orang, dan minoritas mendapat nilai baik
(> 3.50) 11, 9 % sebanyak 7 orang. Nilai mata kuliah Keperawatan Maternitas
mayoritas mendapat nilai sedang (2.75-3.54) 45,8 % sebanyak 27 orang, yang mendapat nilai buruk (<
2.74) 44,1 % sebanyak 26 orang, yang mendapat nilai baik (> 3.50) dan
minoritas mendapat nilai sangat buruk (< 2.24 – 0) masing-masing 5,1 %
sebanyak 3 orang. Dan yang terakhir adalah nilai Keperawatan Anak II mayoritas
mendapat nilai sedang (2.75-3.54) 78,0 % sebanyak 46 orang, yang mendapat nilai
buruk (< 2.74) 11,9 % sebanyak 7 orang dan minoritas mendapat nilai sangat
buruk (< 2.24 – 0) 10,2 % sebanyak 6 orang.
Persentase
nilai tersebuat adalah gabungan antara nilai yang didapat dari tempat praktek
belajar lapangan (PBL), nilai Askep dari dosen pembimbing dan nilai tambahan
dari dosen mata kuliah yang bersangkutan.
Dengan
masalah ini, maka dapat menimbulkan kekhawatiran bagi suatu institusi untuk
menamatkan Mahasiswa/i-nya karena ini merupakan tugas inti dari seorang perawat
yang harus sangat dikuasai oleh seorang perawat. Sebenarnya apa yang membuat adanya
perbedaan nilai yang didapat oleh Mahasiswa/i ini, padahal mereka semua
sama-sama mengikuti perkuliahan?. Karena itulah saya tertarik untuk meneliti tentang
Faktor Internal terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa/i Tingkat III tentang Dokumentasi
Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatn Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang
tahun 2012.
1.2.
Perumusan
Masalah
Bagaimana Faktor Internal terhadap
Prestasi Belajar Mahasiswa/i Tingkat III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan
di Akademi Keperawatn Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.
1.3.
Tujuan
Penelitian
1.3.1.
Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui Faktor Internal terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa/i Tingkat III
tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatan Harapan Mama
Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.
1.3.2.
Tujuan
Khusus
1. Untuk
mengetahui tingkat kecerdasan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa/i Tingkat III
tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
2. Untuk
mengetahui tingkat minat terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa/i Tingkat III
tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan
3. Untuk
mengatahui tingkat motivasi terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa/i Tingkat III
tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
1.4.
Manfaat
Penelitian
1.4.1.
Bagi
Mahasiswa
Sebagai
bahan untuk menambah ilmu dan wawasan khususnya bagi penulis sendiri dan
mahasiswa/i Akademi Keperawatan Harapan Mama tentang Dokumentasi Asuhan
Keperawatan (Askep).
1.4.2.
Bagi
Pendidikan
Sebagai
suatu bahan bacaan yang dapat dijadikan sebagai evaluasi untuk lebih
meningkatkan kualitas perawat dalam kemahiran membuat Dokumentasi Asuhan
Keperawatan yang merupakan hal penting sebagai profesi perawat.
1.4.3.
Bagi
Peneliti
Sebagai
bahan yang dapat dijadikan pedoman dan motivasi untuk lebih meningkatkan
kemampuan keperawatan sebagai bekal untuk menuju perawat yang profesional dan
berkualitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Defenisi
Faktor Internal
Faktor
internal adalah faktor dari dalam peserta didik itu sendiri yang memepengaruhi
prestasi belajar (Ahira, 2009).
2.2.
Faktor-faktor
Internal Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Faktor-faktor Internal Yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar antara lain adalah (Ahira, 2009).
1. Kecerdasan
Kecerdasan atau
intelegensi merupakan aspek yang berperan penting dalam proses belajar dan
berperan besar dalam menentukan keberhasilan dalam proses belajar. Siswa yang
memiliki kecerdasan normal dan diatas normal, akan dengan mudah memahami materi
pelajaran. Siswa tersebut sangat berpotensi mendapatkan prestasi yang bagus
dalam proses balajar.
2. Bakat
Bakat adalah potensi
dasar yang dimiliki manusia. Bakat merupakan potensi bawaan yang telah
didapatkan manusia sejak lahir. Ada juga yang mengartikannya dengan aptitute
atau kecakapan. Sebagai potensi dasar ia akan berkembang jika diasah terus
menerus. Seseorang yang memiliki bakat-bakat besar dibidang tertentu akan lebih
mudah untuk berprestasi dibidang tersebut dari pada seseorang yang memiliki
bakat terbatas.
3. Minat
Minat dalam kamus besar
Bahasa Indonesia berarti perhatian atau kegemaran terhadap sesuatu. Jadi minat
belajar adalah kecendrungan atau kegemaran atau kemauan penuh peserta didik
untuk mengikuti proses belajar.
4. Motivasi
Motivasi adalah
dorongan yang kuat atau keinginan yang kuat untuk terus melakukan sesuatu.
Motivasi belajar yang lahir dari dalam peserta didik adalah modal besar untuk meningkatkan
prestasi belajar.
2.3.
Defenisi
Prestasi Belajar
Prestasi Belajar adalah segala
sesuatu yang dicapai dimana prestasi itu menunjang kecakapan seorang manusia (Syafiruddin,
2011).
2.4.
Defenisi
Mahasiswa
Mahasiswa
adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan
tinggi yang diharapkan menjadi calon-calon intelektual (Prayouw, 2012).
2.5.
Defenisi
Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi
keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh data yang dibutuhkan untuk
menentukan diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan
keperawatan, dan penilaian keperawatan yang disusun secara sistematis, valid,
dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum (Ali, 2010).
2.6.
Tujuan
Dokumentasi Keperawatan
1. Menghindari
kesalahan, tumpang-tindih, dan ketidak lengkapan informasi dalam asuhan
keperawatan.
2. Terbinanya
koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama atau dengan pihak lain melalui
dokumentasi keperawatan yang efektif.
3. Meningkatkan
efisiensi dan efektifitas tenaga keperawatan.
4. Terjaminnya
kualitas asuhan keperawatan.
5. Terlindungnya
perawat dari suatu keadaan yang memerlukan penanganan secara hukum.
6. Tersedianya
data-data dalam penyelenggaraan penelitian karya ilmiah, pendidikan, dan
penyusunan atau penyempurnaan standar asuhan keperawatan.
7. Melindungi
klien dari tindakan malpraktik (Ali, 2010).
2.7.
Dokumentasi
Proses Keperawatan
Proses
keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Hal ini disebut suatu pendekatan problem-solving yang merupakan
suatu modalitas pemecahan masalah yang didasari oleh metode ilmiah yaitu metode
yang memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan pasien (Hutahaean, 2010).
Proses
keperawatan merupakan bagian integral dari praktik keperawatan yang membutuhkan
pertimbangan yang matang dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini
harus dilandaskan kepada pengetahuan dan penerapan ilmu pengetahuan serta prinsip-prinsip
biologis, psikologis, social, dan spiritual (Asmadi, 2008).
Adapun
system yang digunakan, pendokumentasian pada catatan pasien memberi peran
penting karena pendokumentasian merupakan:
1. Satu-satunya
sumber tertulis yang menjelaskan rangkaian perawatan pasien.
2. Sumber
utama untuk refrensi dan komunikasi antar-anggota tim perawatan kesehatan.
3. Satu-satunya
teks yang mendukung pembayaran ansuransi dan atau penolakan pembayaran.
4. Satu-satunya
yang menjadi landasan dalam membuat keputusan perawat pasien.
5. Satu-satunya
catatan legal.
6. Landasan
utama untuk evaluasi pemberian perawatan.
7. Sumber
data untuk penelitian, percobaan klinis, dan lain-lain.
8. Dasar
untuk pendidikan staf edukasi atau studi lainnya.
9. Sumber
objektif untuk perizinan dan tinjauan akreditasi rumah sakit (Marelli, 2007).
2.8.
Tahap-tahap
Proses Keperawatan
Berdasarkan
pandangan dari beberapa ahli tentang proses keperawatan, terdapat beberapa
komponen yang dapat disimpulkan dengan melalui tahapan proses keperawatan
diantaranya tahap pengkajian, tahap diagnosis keperawatan, tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, serta tahap evaluasi (Hidayat, 2009).
Proses
keperawatan terdiri atas lima tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap
dari proses keperawatan sesuai dengan skema diatas. Pada tahap pengkajian, yang
dilakukan adalah mengmpulkan data, seperti riwayat keperawatan, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan data sekunder lainnya (catatan, hasil pemeriksaan
diagnostik, dan literature).
Setelah
data didapatkan, maka tahap selanjutnya adalah diagnosis, kegiatan yang
dilakukan pada tahap diagnosis ini adalah memvalidasi data, mengoreksi dan
mengelompokkan data, menginterpretasikan data, mengidentifikasi masalah dari
kelompok data, dan merumuskan diagnosis keperawatan.
Tahap
perencanaan dilakukan setelah diagnosis dirumuskan. Adapun kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah menyusun prioritas masalah, merumuskan tujuan
dan kriteria hasil, memilih strategi asuhan keperawatan, melakukan konsultasi
dengan tenaga kesehatan lain, dan menuliskan atau mendokumentasikan rencana
asuhan keperawatan.
Tahap
implementasi adalah tahap melakukan rencana yang telah dibuat pada klien.
Adapun kegiatan yang ada pada tahap implementasi meliputi: pengkajian ulang, memperbaharui data dasar,
meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat, dan
melaksanakan intervensi keperawatan yang telah direncanakan.
Tahap
akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Pada tahap ini, kegiatan yang
dilakukan adalah mengkaji respon klien setelah dilakukan intervensi keperawatan
, membandingkan respon klien dengan kriteria hasil, memodifikasi asuhan
keperawatan sesuai dengan hasil evaluasi, dan mengkaji ulang asuhan yang telah
diberikan (Deswani, 2011).
2.9.
Dokumentasi
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian
merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua data dikumpulkan
secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian
harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis,
sosial, maupun spiritual klien (Asmadi, 2008).
Jenis-jenis dokumentasi
pengkajian, meliputi:
1.
Dokumentasi pengkajian awal (Initial
assessment)
Dokumentasi
pengkajian awal ini merupakan dokumentasi pengkajian yang dilakukan ketika
pasien masuk Rumah Sakit. Bentuk dokumentasi ini biasanya merujuk pada data
dasar yang digunakan sebagai sumber data dalam pemberian asuhan keperawatan.
2.
Dokumentasi pengkajian lanjutan (Ongoing
assessment)
Dokumentasi
pengkajian lanjutan ini merupakan dokumentasi ulang sebagai pengembangan data
dasar, dimana pengkajian ini dilakukan kembali setelah pengkajian untuk
melengkapi data yang ada, supaya data tersebut lebih mendukung terhadap
identifikasi masalah klien. Dokumentasi ini biasanya didokumentasikan dalam
catatan perkembangan klien, atau pada lembar yang sesuai (data penunjang).
3.
Dokumentasi pengkajian ulang
(Reassesment)
Dokumentasi
pengkajian ulang ini merupakan dokumentasi terhadap pengkajian yang didapat
dari informasi selama evaluasi. Dalam hal ini perawat mengevaluasi kemajuan data
terhadap masalah klien yang sudah ditemukan (Hutahaean, 2010).
Ada dua tipe data dalam
tahap pengkajian keperawatan, yaitu:
1.
Data Subyektif
Data
subyektif merupakan data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi kejadian. Data ini bisa didapatkan dari riwayat
keperawatan seperti persepsi pasien, perasaan tentang status kesehatannya.
Informasi lainnya bisa didapatkan dari keluarga, konsultan, dan tenaga
kesehatan lainnya.
2.
Data Obyektif
Data
obyektif merupakan data yang didapatkan dari hasil observasi perawat dan
sifatnya dapat diukur. Informasi ini biasa didapatkan dari pemeriksaan fisik
klien dan juga pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium (Hutahaean,
2010).
2.9.1.
Pengumpulan
Data
Pengumpulan
data merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat digunakan sebagai
informasi tentang klien. Data yang dibutuhkan tersebut mencakup data tentang biopsikososial
dan spiritual dari klien, data yang berhubungan dengan masalah klien serta data
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau data yang berhubungan dengan klien
seperti data tentang keluarga, dan lingkungan yang ada (Hidayat, 2009).
Metode utama yang dapat digunakan
dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta
diagnostik.
1. Wawancara
Wawancara atau
interview merupakan metode pengumpulan data secara langsung antara perawat dan
klien. Di sini, perawat (pewawancara) mendapatkan respon langsung dari klien
melalui tatap muka dan pertanyaan yang diajukan. Data wawancara adalah semua
ungkapan klien, tenaga kesehatan, atau orang lain yang berkepentingan termasuk
keluarga, teman, dan orang terdekat klien.
2. Observasi
Observasi merupakan metode
pengumpulan data melalui pengamatan visual dengan menggunakan panca indera.
Kemampuan melakukan observasi merupakan keterampilan tingkat tinggi yang
memerlukan banyak latihan. Unsur terpenting dalam observasi adalah
mempertahankan objektivitas penilaian.
3. Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan fisik
berfokus pada respons klien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya. Cara
pendekatan sistematis yang dapat digunakan perawat dalam melakukan permeriksaan
fisik adalah pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe) dan
pendekatan berdasarkan system tubuh (review of system).
Pemerikasaan fisik
dilakukan dengan menggunakan empat metode, yakni inspeksi, auskultasi, perkusi,
dan palpasi. Keempat metode tersebut hendaknya dilakukan secara berurutan.
a. Inspeksi.
Secara sederhana, inspeksi didefinisikan sebagai kegiatan melihat atau
memperhatikan secara saksama status kesehatan klien. Kunci keberhasilan inspeksi
adalah dengan mengetahui apa yang harus kita lihat atau kita amati. Inspeksi,
misalnya dilakukan untuk memeriksa keadaan kulit dan jaringan mukosa, bentuk
tubuh, gerakan, dan sebagainya.
b. Auskultasi.
Auskultasi adalah langkah pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop yang
memungkinkan pemeriksa mendengar bunyi yang keluar dari rongga tubuh pasien.
Auskultasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang kondisi jantung, paru, dan
saluran pencernaan (misalnya; adanya bunyi mengi, ronki, akibat penumpukan
sputum pada saluran pernapasan, atau bunyi jantung).
c. Perkusi.
perkusi atau periksa ketuk adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara mengetuk
secara pelan jari tengah menggunakan jari yang lain untuk menentukan posisi,
ukuran, dan konsistensi struktur suatu organ tubuh. Contohnya: perkusi rongga
dada untuk mengetahui status paru atau jantung, atau perkusi rongga abdomen
untuk mengetahui adanya distensi abdomen. Untuk memperoleh hasil perkusi yang
akurat, diperlukan keterampilan teknis dan interpretasi bunyi yang timbul.
d. Palpasi.
Palpasi atau periksa raba adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara meraba atau
merasakan kulit klien untuk mengetahui struktur yang ada dibawah kulit.
Contohnya: palpasi abdomen untuk mengetahui lokasi nyeri pada usus atau untuk
mengetahui adanya masa pada usus. Palpasi sering dilakukan untuk menguatkan
hasil inspeksi (Asmadi, 2008).
2.9.2.
Validasi
Data
Validasi
data merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang telah
dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subjektif dan objektif yang
didapatkan dari berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai normal, untuk diketahui kemungkinan
tambahan atau pengkajian ulang tentang data yang ada (Hidayat, 2009).
2.9.3.
Identifikasi
Pola atau Masalah
Merupakan
kegiatan akhir dari tahap pengkajian setelah dilakukan validasi data dengan
mengidentifikasi pola atau masalah yang mengalami gangguan yang ada dimulai
dari pengkajian pola fungsi kesehatan (Hidayat, 2009).
2.10.
Dokumentasi
Diagnosa Keperawatan
Diagnosis
keperawatan adalah satu tahap proses keperawatan yaitu mengidentifikasi masalah
kesehatan klien yang dapat diatasi (ditangani, dikurangi, atau diubah) melalui
intervensi manajemen keperawatan. Diagnosis keperawatan memakai pengkajian data
sampai label pola respon pada masalah kesehatan. Diagnosis keperawatan itu
sendiri merupakan sebuah pernyataan singkat dalam mempertimbangkan perawat
untuk menggambarkan respons klien pada masalah kesehatan baik aktual maupun
risiko (Nursalam, 2011).
Komponen-komponen
dalam pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab
(etiology), dan data (sign and symptom). Untuk memudahkannya, di singkat dengan
PES.
1.
Masalah (problem). Diagnosis keperawatan
merupakan pernyataan yang menggambarkan perubahan status kesehatan klien.
Perubahan tesebut menyebabkan timbulnya masalah.
2.
Penyebab (etiologi). Pernyataan etiologi
mencerminkan penyebab dari masalah kesehatan klien yang memberi arah bagi
terapi keperawatan. Etiologi tersebut dapat terkait dengan aspek
patofisiologis, psikososial, tingkah laku, perubahan situasional gaya hidup,
usia perkembangan, juga faktor budaya dan lingkungan. Frase “berhubungan
dengan” (related to) berfungsi untuk menghubngkan masalah keperawatan dengan
pernyataan etiologi.
3.
Data (sign and symptom). Data diperoleh
selama tahap pengkajian sebagai bukti adanya masalah kesehatan pada klien. Data
merupakan informasi yang diperukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Penggunaan frase “ditandai oleh” menghubungkan etiologi dengan data (Asmadi, 2008).
Rumusan
diagnosis keperawatan dapat berbentuk diagnosis aktual, risiko, sindrom,
potensial, dan kemungkinan. Diagnosis keperawatan adalah suatu bentuk
pernyataan dari perawat yang bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
terhadap masalah yang dialami. Respons tersebut dapat berbentuk negative maupun
positif. Diagnosis ditegakkan berdasarkan rumus yang telah ditentukan dan atas
hasil pengkajian data yang diperoleh dari klien (Deswani, 2011).
Peraturan dalam
menulis diagnosis keperawatan
1.
Diagnosa aktual
Komponen
diagnosa aktual terdiri atas tiga bagian
PES
(problem + etiologi + tanda dan gejala) atau PRS (problem + faktor yang
berhubungan + tanda dan gejala).
Menggunakan
kata penghubung berhubungan dengan
Contoh
;
Gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan keterbatasan bahasa ditandai dengan :
ketidakmampuan bicara, tidak mengerti bahasa Indonesia.
Peraturan
:
Data
klien sudah tanda dan gejala yang mendukung diagnosis keperawatan.
2.
Diagnosis risiko
Komponen
diagnosis risiko terdiri atas dua bagian
PE
(problem + etiologi) atau PR (problem + faktor yang berhubungan/risiko)
Menggunakan
kata penghubung berhubungan dengan.
Contoh
:
Risiko
gangguan integritas kulit berhubungan dengan obesitas, diaphoresis berlebihan,
sangat senang berada di temat tidur.
Peraturan
:
Data
klien hanya mengandung tanda faktor (risiko).
3.
Diagnosis kemungkinan (possibility)
Bentuk
dari diagnosis ini hanya terdiri dari satu bagian, sangat sederhana karena
hanya menuliskan apa masalah yang mingkin terjadi.
Contoh
:
Kemungkinan
perubahan pola seksual.
Peraturan
:
Data
dasar klien tidak menunjukkan faktor risiko atau faktor yang berhubungan.
4.
Diagnosis potensial (wellness)
Bentuk
dari diagnosis ini hanya terdiri dari satu bagian. Ciri khasnya adalah
menggunakan kata potensial untuk dikembangkan.
Contoh
:
Potensial
untuk dikembangkan peran menjadi orang tua.
5.
Diagnosis sindrom
Bentuk
dari diagnosis ini hanya terdiri dari satu bagian dan langsung menyebutkan
sindrom yang dimaksud.
Contoh
:
Sindrom
trauma perkosaan (Deswani, 2011).
2.11.
Dokumentasi
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan
adalah fase proses keperawatan yang sistematik, mencakup pembuatan keputusan
dan pemecahan masalah (Sumajitun, 2010).
Dokumentasi
rencana keperawatan adalah catatan tentang penyusun kegiatan-kegiatan yang akan
diberikan kepada klien untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan pada klien
(Hutahean, 2010).
2.11.1.
Penentuan
Prioritas Masalah
Menyusun
prioritas adalah proses menentukan instruksi yang lebih diinginkan untuk
strategi keperawatan (Sumajitun, 2010).
Dalam menentukan prioritas terdapat
beberapa pendapat urutan prioritas, diantaranya;
1. Berdasarkan
tingkat kegawatan (mengancam jiwa).
Penentuan pioritas
berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa) yang dilatarbelakangi dari
prinsip pertolongan pertama yaitu dengan membagi beberapa prioritas tinggi,
prioritas sedang dan prioritas rendah.
Prioritas tinggi : prioritas
tinggi mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga
perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan nafas.
Prioritas sedang :
prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup
klien seperti masalah hygiene seseorang.
Prioritas rendah :
prioritas rendah ini menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung
dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah
keuangan atau lainnya.
2. Berdasarkan
kebutuhan maslow
Untuk menentukan
diagnosis yang akan direncanakan, Maslow membagi urutan tersebut berdasarkan
urutan kebutuhan dasar manusia diantaranya :
a. Kebutuhan
fisiologis
Meliputi
masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan kulit,
mobilitas, eliminasi.
b. Kebutuhan
keamanan dan keselamatan
Meliputi
masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari
infeksi dan rasa takut.
c. Kebutuhan
mencintai dan dicintai
Meliputi
masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok, hubungan antar
manusia.
d. Kebutuhan
harga diri
Meliputi
masalah respek dari keluarga, perasaan menghargai diri sendiri.
e. Kebutuhan
aktualisasi diri
Meliputi
masalah kepuasan terhadap lingkungan (Hidayat, 2009).
2.11.2.
Penentuan
Tujuan dan Hasil yang Diharapkan
Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi
masalah diagnosis keperawatan dengan kata lain tujuan merupakan sinonim dari
kriteria hasil yang mempunyai komponen sebagai berikut : S (subjek), P
(prediket), K (criteria), K (kondisi), W (waktu) dengan penjabaran sebagai
berikut :
S : Perilaku pasien yang diamati.
P : Kondisi yang melengkapi pasien.
K : Kata kerja yang dapat diukur
atau untuk menentukan tercapainya tujuan.
K : Sesuatu yang menyebabkan asuhan
diberikan.
W : Waktu yang ingin dicapai.
Kriteria
hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standar evaluasi yang merupakan
gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah
tercapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan dengan ciri-ciri sebagai
berikut : setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan telah ditetapkan,
hasil yang ditetapkan dalam kriteria hasil memungkinkan untuk dicapai, setiap kriteria
hasil adalah pertanyaan satu hal yang spesifik, harus sekongkrit mungkin untuk
memudahkan pengukuran, kriteria cukup besar atau dapat diukur, hasilnya dapat
dilihat, didengar dan kriteria menggunakan kata-kata positif bukan menggunakan
kata negative (Hidayat, 2009).
2.11.3.
Penentuan
Rencana Tindakan
Langkah
dalam perencanaan ini dilaksanakan setelah menentukan tujuan dan kriteria hasil
yang diharapkan dengan menentukan rencana tindakan apa yang akan dilaksanakan
dalam mengatasi masalah klien. Dalam membuat rencana tindakan perawat harus
mengetahui juga tentang instruksi atau perintah tentang tindakan keperawatan
apa yang akan dilakukan dari perawat primer (pembuat asuhan keperawatan)
(Hidayat, 2009).
2.11.4.
Tipe
Instruksi Perawatan dalam Rencana Tindakan
Dalam
memberikan instruksi keperawatan ada empat tipe instruksi yang digunakan
diantaranya tipe diagnostik, terapeutik, penyuluhan dan rujukan.
1. Tipe
Diagnostik
Tipe ini menilai
kemungkinan klien kearah pencapaian kiteria hasil dengan observasi secara
langsung.
2. Tipe
Terapeutik
Menggambarkan tindakan
yang dilakukan oleh perawat secara langsung untuk mengurangi, memperbaiki dan
mencegah kemungkinan masalah.
3. Tipe
Penyuluhan
Digunakan untuk
meningkatkan keperawatan diri pasien dengan membantu klien untuk memperoleh tingkah
laku individu yang mempermudah pemecahan masalah.
4. Tipe
Rujukan
Menggambarkan peran
perawat sebagai koordinator dan menejer dalam perawatan klien dalam anggota tim
kesehatan.
Selain tipe tersebut di
atas ada beberapa jenis tipe lain dalam menentukan rencana tindakan seperti
tindakan yang sifatnya delegasi (pelimpahan tugas), edukasi (pendidikan),
observasi (sifatnya melakukan pengawasan atau pengamatan), preventif (sifatnya
pencegahan), sifat suportif (sifatnya memberi dukungan), rehabilitasi (sifatnya
membantu untuk mandiri), higienik yang bersifat membantu, untuk menjaga
kebersihan diri (Hidayat, 2009).
2.12.
Dokumentasi
Tindakan (Implemetasi) Keperawatan
Dokumentasi
implementasi keperawatan merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan
kepada klien. Pencatatan ini mencakup tindakan keperawatan yang diberikan baik
secara mandiri mapun kolaboratif, serta pemenuhan kriteria hasil terhadap
tindakan yang diberikan kepada klien (Hutahaean, 2010).
2.12.1.
Manfaat
Pendokumentasian Implementasi Keperawatan
1. Mengkomunikasikan
tindakan-tindakan yang telah dilakukan kepada pasien
2. Menjadi
dasar penentuan tugas dalam suatu ruangan.
3. Memperkuat
pelayanan keperawatan (menghindari malpraktek).
4. Membantu
perhitungan anggaran biaya Rumah Sakit (Hutahaean, 2009).
2.12.2.
Tujuan
Implementasi Keperawatan
1. Meningkatkan
kesehatan klien.
2. Pencegahan
penyakit.
3. Pemulihan
kesehatan klien.
4. Memfasilitasi
koping klien (Hutahaean, 2009).
2.12.3.
Kriteria
Implementasi keperawatan
1. Bekerjasama
dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
2. Kolaborasi
degan tim kesehatan lainnya untuk mengingkatkan status kesehatan pasien
3. Melakukan
tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.
4. Melakukan
supervise terhadap tenaga pelaksana keperawatan di bawah tanggung jawabnya.
5. Memberikan
pendidikan pada pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri
serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan.
6. Mengkaji
ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien
(Hutahaean, 2009).
2.13.
Dokumentasi
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi
adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tugas selama tahap ini termasuk
pendokumentasian pernyataan evaluasi dan revisi rencana asuhan keperawatan dan
intervensi jika perlu (Nursalam, 2011).
2.13.1.
Tujuan
Pencatatan Hasil Evaluasi
1. Menilai
pencapaian kriteria hasil dan tujuan.
2. Mengidentifikasi
variabel-variabel yang mempengaruhi pencapaian tujuan.
3. Membuat
keputusan apakah rencana asuhan diteruskan atau dihentikan.
4. Melanjutkan,
memodifikasi, atau mengakhiri rencana (Deswani, 2011).
2.13.2.
Jenis
Evaluasi Keperawatan
1. Evaluasi
Formatif
Evaluasi formatif atau
pernyataan formatif atau biasa juga dikenal dengan evaluasi proses, yaitu
evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan
dilakukan.
2. Evaluasi
Sumatif
Evluasi sumatif atau
evaluasi hasil, yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan
kata lain bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau
hasil akhir yang diinginkan (Dinarti, dkk, 2009).
2.13.3.
Metode
Dokumentasi Evaluasi
1. Menentukan
kriteria, standart praktik dan pertanyaan evaluative.
2. Mengumpulkan
data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi.
3. Menganalisis
dan membandingkan data terhadap kriteria dan standart yang ada.
4. Merangkumkan
hasil dan membuat kesimpulan.
5. Melaksanakan
intervensi yang sesuai berdasarkan intervensi yang telah dilakukan sebelumnya
(jika masalah belum teratasi).
6. Evaluasi
dilakukan dengan pendekatan pada SOAP, yaitu:
S : Data Subjektif, yaitu: data yang
diutarakan klien dan pandangannya
terhadap data tersebut (jika pasien afasia, penulisan datanya adalah:
O/X).
O : Data Objektif, yaitu: data yang didapat
dari hasil observasi
perawat, termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan
dengan penyakit klien (meliputi: data fisiologi, dan informasi dari
pemeriksaan tenaga kesehatan).
A : Analisa, yaitu: analisa ataupun
kesimpulan dari data subjektif dan
data objektif.
P : Perencanaan, yaitu: pengembangan
rencana segera atau yang akan
datang untuk mencapai status kesehatan klien
yang optimal (Hutaheaen, 2010).
2.12.4.
Format
Dokumentasi Evaluasi
1.
SOAP
Format SOAP
umumnya digunakan pada pengkajian awal pasien.
S : Subjective, pernyataan atau keluhan dari
pasien.
O :
Objective, data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga (catatan
: data subjektif harus relevan dengan
diagnosa keperawatan yang
dievaluasi).
A :
Analisys, kesimpulan dari objektif dan
subjektif (umumnya ditulis
dalam bentuk masalah keperawatan).
P :
Planning, rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis.
2.
SOAPIER
Format SOAPIER
lebih tepat digunakan apabila rencana pasien ada yang akan dirubah dan proses
evaluasi mulai dilakukan.
S ;
Subjective, pernyataan atau keluha pasien yang relevan.
O :
Objective, data yang diobservasi yang
relevan dengan diagnosa
keperawatan yang dievaluasi lalu bandingkan
dengan kriteria hasil
yang diharapkan.
A :
Analisys, kesimpulan berdasarkan data objektif dan subjektif.
P :
Planning, apa yang dilakukan terhadap masalah.
I :
Implementation, bagaimana dilakukan.
E :
Evaluation, respon pasien terhadap tindakan keperawatan.
R :
Revised, apakan rencana keperawatan akan dirubah,
3.
D. A. R
Format
dokumentasi D. A. R membantu perawat untuk mengatur pemikirannya dan memberikan
struktur yang dapat meningkatkan pemecahan masalah kreatif. Komunikasi yang
terstruktur akan mempermudah konsistensi penyelesaian masalah diantara tim
kesehatan.
D : Data, data objektif dan subjektif yang
mendukung masalah.
A : Action, tindakan yang segera dilakukan
untuk mengetasi masalah.
R :
Respons, respon pasien terhadap tindakan perawat sekaligus melihat
tindakan yang telah dilakukan berhasil
atau tidak (Dinarti, dkk, 2009).
2.14.
Kerangka
Konsep
Tahap yang penting dalam suatu penelitian adalah menyusun
kerangka konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan agar dapat membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antarvariabel (baik variable yang diteliti maupun yang tidak di teliti)
(Nursalam, 2011).
Variabel Independent Variabel Dependent
·
Kecerdasan Prestasi Belajar Mahasiswa/i
·
Minat
tentang Dokumentasi Asuhan
·
Motivasi Keperawatan
2.15.
Variabel
Penelitian
2.15.1.
Berdasarkan
Sifat Variabel
1. Variable
Kontinu, yakni variabel yang dapat ditentukan nilainya dengan jarak, misalnya:
berat badan, tinggi badan, pendapatan, dan sebagainya.
2. Variabel
deskrit (kategori), apabila nilainya tidak dapat dinyatakan dengan nilai
pecahan. Variabel ini dibedakan menjadi variabel dikotomi, misal jenis kelamin,
status perkawinan, dan sebagainya, dan variabel polytomi, misalnya jumlah anak,
pendidikan, pendapatan, dan sebagainya (Notoatmojo, 2010).
2.15.2.
Berdasarkan
Hubungan Fungsional atau Peranannya
1. Variabel
tergantung, terikat, akibat, terpengaruh atau dependent variabel atau variabel
yang dipengaruhi.
2. Variabel
bebas, sebab, mempengaruhi atau independent variabel atau variabel risiko.
Disebut variabel
tergantung atau dependent karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas
atau variabel independent.
3. Variabel
pengganggu (confounding), variabel pengganggu atau confounding variable adalah
variabel yang mengganggu terhadap hubungan antara variabel independent dengan
variabel dependent (Notoatmodjo, 2010).
2.15.
Defenisi
Operasional Variabel
Prestasi
belajar adalah kemampuan atau hasil yang diperoleh seseorang dari hasik proses
belajar yang telah dijalani.
1. Faktor
internal adalah hal-hal yang muncul di dalam diri seseorang yang dapat
mempengaruhi kehidupan seseorang.
2. Mahasiswa
adalah orang yang menjalani pendidikan di perguruan tinggi baik di jenjang
diploma, S I dan seterusnya hingga S III.
3. Kecerdasan
adalah tingkat kepintaran yang dimiliki seseorang yang dapat mempengaruhi
prestasi atau kemampuan seseorang itu disegala hal dan disegala bidang yang
mencakup pengetahuannya.
4. Minat
adalah kegemaran atau kesukaan seseorang terhadap suatu hal atau benda yang ada
dikehidupan mereka.
5. Motivasi
adalah semangat, dorongan atau keinginan seseorang terhadap suatu hal atau
suatu benda.
6. Dokumentasi
Asuhan Keperawatan adalah catatan yang sangat penting yang berisi tentang data lengkap pasien yang
mencakup bio, psiko, social dan spiritual, dari mulai pengkajian hingga
evaluasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis
Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif, yaitu menggambarkan tentang “Faktor Internal Terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa/i Tingkat III Tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di
Akademi Keperawatan Harapan Mama“.
3.2.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
3.2.1.
Lokasi
Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yayasan Akademi Keperawatan
Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang.
3.2.2.
Waktu
Penelitian
Penelitian
ini dilakukan pada saat mengajukan judul sampai dengan selesai, periode bulan
Februari s/d Mei 2012.
3.3.
Populasi
dan Sampel
3.3.1.
Populasi
Populasi
dalam penelitian ini yaitu keseluruhan Mahasiswa/i tingkat III di Akademi
Keperawatan Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 59 orang.
3.3.2.
Sampel
Sampel
terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008).
Dalam
penelitian ini peneliti mengambil semua populasi yaitu berjumlah 59 orang.
3.4.
Teknik
Sampling
Sampling
adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi.
Teknik sampling merupakan cara-cara dalam pengambilan sampel, agar memperoleh
sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,
2008).
Penelitian
ini menggunakan teknik sampling jenuh, sampel yang diteliti adalah sebanyak 59
orang. Teknik sampling jenuh adalah sensus, artinya seluruh populasi diteliti
(Machfoedz, 2009).
3.5.
Pengumpulan
Data
Prosedur
pengumpulan data dilakukan dengan cara
melakukan observasi langsung pada setiap individu responden yang diteliti,
peneliti mengamati dengan mengacu pada format penilaian berbentuk skala
penilaian (rating scale) sebagai dasar penilaian dari tiap-tiap item variabel
yang hendak diteliti.
Acuan
penilaian peneliti terdiri dari tiap-tiap pertanyaan berbentuk skala penilaian
(rating scale) berjumlah 10 pertanyaan dari masing-masing variabel yang hendak
diteliti, yaitu mengenai kecerdasan, minat dan motivasi dengan total jumlah
item sebanyak 30 item penilaian.
3.5.1
Penilaian
Kecerdasan Mahasiswa
Penilaian kecerdasan bertujuan untuk mengidentifikasi
kemampuan dan pengetahuan Mahasiswa/i tentang pelajaran Dokumentasi Asuhan
Keperawatan.
Kecerdasan
mencakup pemahaman dan kemampuan verbal, angka dan hitungan, kemampuan visual, daya
ingat dan penalaran (Syam, 2012).
3.5.2
Penilaian
Minat Mahasiswa
Penilaian
Minat bertujuan untuk mengetahui tentang persepsi gemar dan kesukaan Mahasiswa/i
baik dari internal atau eksternal terhadap pelajaran Dokumentasi Asuhan
Keperawatan.
Berhasil
atau tidak peserta didik dalam belajar disebabkan beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor tersebut dapat berupa faktor dari
dalam individu (faktor internal) seperti faktor kesehatan, bakat dan perhatian,
dan faktor dari luar individu (faktor eksternal) seperti keadaan keluarga,
sekolah, dan lingkungan masyarakat.
1. Faktor
internal
Merupakan
faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik yang berasal dari peserta
didik sendiri.
a. Kesehatan
Peserta didik yang sehat
jasmani dan rohani akan terdorong untuk belajar dan sebaliknya. Kesehatan
jasmani yang terganggu misalnya pilek dan deman, menjadikan peserta didik tidak
cepat lelah dalam belajar dan tidak memiliki semangat untuk belajar.
Begitu pula dengan
kesehatan rohani, peserta didik yang memiliki rasa kecewa terhadap teman atau
orang tua, menimbulkan rasa malas untuk belajar dan tidak adanya konsentrasi
terhadap pelajaran tersebut.
b. Bakat
dan intelegensi
Bakat mempengaruhi
belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka
siswa akan berminat terhadap pelajaran tersebut, begitu juga intelegensi, orang
yang memiliki intelegensi (IQ) tinggi, umumnya mudah belajar dan hasilnya pun
cenderung baik, sebaliknya jika seseorang yang “IQ” nya rendah akan mengalami
kesukaran dalam belajar.
c. Perhatian
Untuk mencapai hasil
belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap materi yang
dipelajarinya. Hal tersebut akan menimbulkan minat dalam diri peserta didik dan
memiliki semangat dalam belajar sehingga mencapai prestasi yang bagus.
2. Faktor
eksternal
a. Keluarga
Keluarga memiliki peran
yang besar dalam menciptakan minat belajar bagi anak. Seperti yang kita tahu,
keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama bagi anak Cara orang tua
dalam mengajar dapat mempengaruhi minat belajar anak. Orang tua harus selalu
siap sedia saat anak membutuhkan bantuan terlebih terhadap materi pelajaran
yang sulit ditangkap oleh anak. Peralatan belajar yang dibutuhkan anak,
jugaperlu diperhatikan oleh orang tua. Dengan kata lain, oran tua harus terus
mengetahui perkembangan belajar anak pada setiap hari.
Suasana rumah juga
harus mendukung anak dalam belajar. kerapian dan ketenangan perlu dijaga. Hal
tersebut bertujuan agar anak merasa nyaman dan mudah membentuk konsentrasinya terhadapa
materi yang dihadapi.
b. Sekolah
Pengetahuan dan
pengalam yang diberikan melalui sekolah harus dilakukan dengan proses mengajar
yang baik. Pendidik menyelenggarakan pendidikan dengan tetap memperhatikan
kondisi anak didiknya. Dengan demikian, anak tercipta situasi yang menyenangkan
dan tidak membosankan dalam proses pembelajaran.
Minat belajar peserta
didik, dapat tumbuh dalam lingkungan sekolah dengan baik, apabila guru memegang
perannya sesuai ketentuan. Guru dapat menimbulkan minat belajar dengan
memotivasi mereka, seperti memberikan hadiah pada anak yang mendapat nilai
seratus. Guru juga harus pandai dalam memilki pekerjaan rumah yang akan
diberikan pada peserta didik. Pekerjaan rumah tersebut jangan sampai membuat
peserta didik merasa bosan didepan soal-soal tersebut.
c. Masyarakat
Kegiatan
akademik, akan lebih baik apabila diimbangi dengan kegiatan di luar sekolah.
Banyak kegiatan di dalam masyarakat yang dapat menumbuhkan minat belajar anak.
Seperti kegiatan karang taruna. Anak dapat belajar berorganisasi di dalamnya.
Tapi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anaknya di luar rumah dan sekolah.
Sebab kegiatan yang berlebih akan menurunkan semangatnya dalam mengikuti
pelajaran di sekolah (Prasetyaningsih, 2010).
3.5.3
Penilaian
Motivasi Mahasiswa
Penilaian Motivasi bertujuan untuk mengetahui persepsi
Mahasiswa/i tentang kemauan di dalam diri mereka untuk mempelajari tentang
Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
Dalam
kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat diperlukan. Motivasi bagi
siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan akan
memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitannya dengan
itu perlu diketahui ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
belajar, yaitu:
a. Kematangan
Dalam pemberian
motivasi, faktor kematangan fisik, sosial dan psikis haruslah diperhatikan,
karena hal itu dapat mempengaruhi motivasi. Seandainya dalam pemberian motivasi
itu tidak memperhatikan kematangn, maka akan mengakibatkan frustasi dan
mengakibatkan hasil belajar tidak optimal.
b. Usaha
yang bertujuan
Setiap usaha yang
dilakukan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Semakin jelas tujuan yang ingin
dicapai, akan semakin kuat dorongan untuk belajar.
c. Pengetahuan
mengenai hasil dalam motivasi
Dengan mengetahui hasil
belajar, siswa terdorong untuk lebih giat belajar. Apabila hasil belajar itu
mengalami kemajuan, siswa akan berusaha untuk mempertahankan atau meningkat
intensitas belajarnya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik di kemudian
hari. Prestasi yang rendah menjadikan siswa giat belajar guna memperbaikinya.
d. Partisipasi
Dalam kegiatan mengajar
perluh diberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi dalam seluruh
kegiatan belajar. Dengan demikian kebutuhan siswa akan kasih sayang dan
kebersamaan dapat diketahui, karena siswa merasa dibutuhkan dalam kegiatan
belajar itu.
e. Penghargaan
dengan hukuman
Pemberian penghargaan
itu dapat membangkitkan siswa untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu.
Tujuan pemberian penghargaan berperan untuk membuat pendahuluan saja.
Pengharagaan adalah alat, bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan agar penghargaan
ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah bahwa
setelah seseorang menerima pengharagaan karena telah melakukan kegiatan belajar
yang baik, ia akan melanjutkan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas.
Sedangkan hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan
secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi (Aam, 2011).
3.6.
Teknik
Analisa Data
Setelah
peneliti mendapat data yang diteliti, maka peneliti mulai menganalisa data yang
telah terkumpul melalui observasi dengan mengacu pada format penilaian yang
berbentuk multiple choice yang berisi tiap-tiap item dari masing-masing
variabel yang hendak diteliti dengan total jumlah item sebanyak 30 item.
Dalam penelitian ini, ada dua cara pengolahan data yang digunakan oleh
peneliti. Yaitu dengan cara manual dan dengan menggunakan komputer.
Cara manual:
1. Proses
Editing
Setelah daftar
pertanyaan yang sudah diisi diterima kembali, maka perlu dibaca kembali, yang
kurang jelas diperbaiki, kalau masih ada yang belum sesuai dan belum konsisten
jawaban dengan pertanyaan dikembalikan kepada pewawancara atau penyidik untuk
diperbaiki atau disisi kembali.
2. Cooding
(Pengkodean)
Setelah lembar data
atau pertanyaan itu benar akan dilakukan pengkodean. Pengkodean disini
dimaksudkan pemberian kode jawaban secara angka atau kode tertentu sehingga
lebih mudah ditabulasi.
3. Transferring
Transferring ini
dimaksudkan memudahkan jawaban atau kode jawaban kedalam media tertentu, misalnya
kedalam kartu kode, master tabel dan lain-lain.
4. Tabulasi
Data
Data yang telah
dikumpulkan tadi dimasukkan ke dalam daftar tabel yang telah disiapkan.
5. Penyajian
data
Setelah data-data ditabulasi
maka perlu disajikan dengan sebaik-baiknya.
(Ali. 2010).
Cara
komputer:
1. Editing
Hasil wawancara, angket
atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih
dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan pengisian formulir atau koesioner tersebut.
2. Coding
Setelah semua koesioner
diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau “koding”. Yakni
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Memasukkan
Data (Data Entry) atau Processing
Data, yakni
jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam
program atau “software” komputer. Software komputer ini bermacam-macam, masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangannya. Salah satu paket program yang paling sering
digunakan untuk “entri data” penelitian adalah paket program SPSS for Windows.
4. Pembersihan
Data
Apabila semua data dari
setiap sumber data responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak
lengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi
(Notoatmodjo,2010).
3.7.
Aspek
Pengukuran
Sebelum
menentukan kategori penilaian. Terlebih dahulu menentukan kriteria yang
dinilai, patokan penelitian yaitu dalam penilaian berdasarkan observasi
penelitian terdiri dari pertanyaan yang mencakup Kecerdasan, Minat dan Motivasi
tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatan Harapan Mama
Kabupaten Deli Serdang.
Demi
memperoleh data yang cermat, peneliti memakai alat observasi sebagai pendukung
dalam pengamatan ini berupa metode skala penilaian (rating scale), skala ini berupa
daftar yang berisikan ciri-ciri tingkah laku, yang dicatat secara bertingkat.
Rating scale ini dapat merupakan suatu alat pengumpulan data untuk
mengelompokkan, menggolongkan, dan menilai seseorang atau suatu gejala (Notoatmodjo,
2010).
1. Penilaian
kecerdasan
Format penilaian
untuk kecerdasan terdiri dari 10 item yang hendak diteliti, penilaian ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat kecerdasan dari tiap-tiap responden yang
diteliti,
Penilaian
dilakukan sebagai berikut:
Jawaban
|
skor
|
Sangat setuju
Setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
Sangat tidak
setuju
|
5
4
3
2
1
|
2. Penilaian
minat
Format
penilaian untuk minat terdiri dari 10 item yang hendak diteliti, penilaian ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat minat dari tiap-tiap responden yang
diteliti,
Penilaian
dilakukan sebagai berikut:
Jawaban
|
skor
|
Sangat setuju
Setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
Sangat tidak
setuju
|
5
4
3
2
1
|
3. Penilaian
motivasi
Format penilaian
untuk motivasi terdiri dari 10 item yang hendak diteliti, penilaian ini
dilakukan untuk mengetahui motivasi dari tiap-tiap responden yang diteliti,
Penilaian
dilakukan sebagai berikut:
Jawaban
|
skor
|
Sangat setuju
Setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
Sangat tidak
setuju
|
5
4
3
2
1
|
Hasil skoring
disimpulkan dengan menggunakan skala ordinal dari masing-masing variabel yang
diteliti, yaitu:
Sangat
Baik = apabila skor total 43 - 50
Baik = apabila skor total 35 - 42
Cukup =
apabila skor total 27 - 34
Kurang = apabila skor total 19
- 26
Sangat kurang = apabila skor total 10 - 18
BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Penelitian
Pada
Bab ini, peneliti akan menguraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan
data terhadap 59 responden yaitu Mahasiswa/i tingkat III di Akademi Keperawatan
Harapan Mama sejak bulan Februari s/d bulan
Mei 2012. Penyajian hasil penelitian meliputi tiap-tiap variabel yang diteliti
yaitu kecerdasan, minat dan motivasi terhadap prestasi belajar Mahasiswa/i
tingkat III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatan Harapan
Mama Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012, didapatkan hasil penelitian yang dapat
dilihat pada tabel distribusi frekuensi dan persentase dibawah ini:
Tabel 4.1.
Distribusi
Frekuensi dan Persentase Tingkat Kecerdasan Mahasiwa/i Terhadap Mata Kuliah
Dokumentasi Asuhan Keperawatan
di Akademi
Keperawatan Harapan Mama
Kabupaten Deli
Serdang
Tahun 2012
Tingkat Kecerdasan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
|
0
4
9
35
11
|
0
6,8
15,3
59,3
18,6
|
Jumlah
|
59
|
100
|
Berdasarkan
tabel 4.1. Dari 59 responden yang diteliti, mayoritas responden memiliki
tingkat kecerdasan kurang sebanyak 35 responden (59,3%), dan minoritas
responden memiliki tingkat kecerdasan sangat baik tidak ada (0%).
Tabel 4.2.
Distribusi
Frekuensi dan Persentase Tingkat Minat Mahasiwa/i Terhadap Mata Kuliah
Dokumentasi Asuhan Keperawatan
di Akademi
Keperawatan Harapan Mama
Kabupaten Deli
Serdang
Tahun 2012
Tingkat Minat
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
|
0
4
6
26
23
|
0
6,8
10,2
44,1
39.0
|
Jumlah
|
59
|
100
|
Berdasarkan
tabel 4.2. Dari 59 responden yang diteliti, mayoritas responden memiliki
tingkat minat kurang sebanyak 26 responden (44,1%), dan minoritas responden
memiliki tingkat minat sangat baik tidak ada (0%).
Tabel 4.3.
Distribusi
Frekuensi dan Persentase Tingkat Motivasi Mahasiwa/i Terhadap Mata Kuliah
Dokumentasi Asuhan Keperawatan
di Akademi
Keperawatan Harapan Mama
Kabupaten Deli
Serdang
Tahun 2012
Tingkat Motivasi
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
|
0
4
2
21
32
|
0
6,8
3,4
35,6
54,2
|
Jumlah
|
59
|
100
|
Berdasarkan
tabel 4.3. Dari 59 responden yang diteliti, mayoritas responden memiliki
tingkat motivasi sangat kurang sebanyak 32 responden (54,2%), dan minoritas
responden memiliki tingkat motivasi sangat baik tidak ada (0%).
4.2.
Pembahasan
Hasil penelitian
tentang faktor internal terhadap prestasi belajar Mahasiswa/i tingkat III
tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatan Harapan Mama
Kabupaten Deli Serdang, yang didapat adalah sebagai berikut :
1. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, tingkat kecerdasan Mahasiswa/i tingkat III
tentang mata kuliah Dokumentasi Asuhan Keperawatan dari 59 responden yang
memiliki tingkat kecerdasan sangat baik tidak ada (0%), yang memiliki tingkat
kecerdasan baik sebanyak 4 orang (6,8%), yang memiliki tingkat kecerdasan cukup
sebanyak 9 orang (15,3%), yang memiliki tingkat kecerdasan kurang sebanyak 35
orang (59,3%), dan yang memiliki tingkat kecerdasan sangat kurang sebanyak 11
orang (18,6%).
Kecerdasan atau intelegensi
merupakan aspek yang berperan penting dalam proses belajar dan berperan besar
dalam menentukan keberhasilan dalam proses belajar. Siswa yang memiliki
kecerdasan normal dan diatas normal, akan dengan mudah memahami materi pelajaran.
Siswa tersebut sangat berpotensi mendapatkan prestasi yang bagus dalam proses
balajar (Ahira, 2009).
Menurut peneliti hal ini dikarenakan
kecerdasan merupakan bawaan lahir dan setiap manusia memiliki kecerdasan
berbeda-beda. Orang yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi maka akan dengan
mudah menguasai suatu hal dibandingkan orang yang memiliki kecerdasan rendah.
Orang dengan kecerdasan rendah akan lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lama
untuk menguasai suatu hal.
2. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, tingkat minat Mahasiswa/i tingkat III tentang
mata kuliah Dokumentasi Asuhan Keperawatan dari 59 responden yang memiliki
tingkat minat sangat baik tidak ada (0%), yang memiliki tingkat minat baik
sebanyak 4 orang (6,8%), yang memiliki tingkat minat cukup sebanyak 6 orang
(10,2%), yang memiliki tingkat minat kurang sebanyak 26 orang (44,1%), dan yang
memiliki tingkat minat sangat rendah sebanyak 23 orang (39,0%).
Minat belajar adalah kecendrungan
atau kegemaran atau kemauan penuh peserta didik untuk mengikuti proses belajar
(Ahira, 2009).
Menurut peneliti hal ini dikarenakan
Mahasiswa/i tingkat III kurang berminat untuk mempelajari tentang Dokumentasi
Asuhan Keperawatan, mereka beranggapan mata kuliah ini sangat ribet,
membosankan, dan tidak menarik. Mereka juga beranggapan bahwa Dokumentasi
Asuhan Keperawatan (Askep) tidak dipergunakan dan pembuatannya tidak selengkap
seperti pembuatan Askep saat kuliah apabila mereka bekerja nanti. Alasan ini
muncul setelah mereka menjalani PBL (Praktek Belajar Lapangan) di Rumah Sakit,
sehinga mereka kurang berinat pada mata kulian Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
3. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, tingkat
motivasi Mahasiswa/i tingkat III tentang mata kuliah Dokumentasi Asuhan
Keperawatan dari 59 responden yang memiliki tingkat motivasi sangat baik tidak
ada (0%), yang memiliki tingkat motivasi baik sebanyak 4 orang (6,8%), yang
memiliki tingkat motivasi cukup sebanyak
2 orang (3.4%), yang memiliki tingkat motivasi kurang sebanyak 21 orang
(35,6%), dan yang memiliki tingkat motivasi sangat kurang sebanyak 32 orang
(54,2%).
Motivasi adalah dorongan yang kuat
atau keinginan yang kuat untuk terus melakukan sesuatu. Motivasi belajar yang
lahir dari dalam peserta didik adalah modal besar untuk meningkatkan prestasi
belajar (Ahira, 2009).
Menurut Peneliti hal ini dikarenakan
minat Mahasiswa/i tingkat III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan yang
kurang yang secara tidak langsung berpengaruh pada motivasi mereka sehingga
membuat motivasi mereka untuk mempelajari mata kuliah ini menjadi sangat
kurang. Persepsi tidak begitu pentingnya Dokumentasi Asuhan Keperawatan di
dunia kerja yang aktualnya hanya dibuat “alakadarnya” saja (tidak lengkap),
menjadi salah satu faktor pendukung sangat kurangnya motivasi mahasiswa/i
tingkat III terhadap Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Setelah
dilakukan penelitian tentang faktor internal terhadap prestasi belajar
Mahasiswa/i tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatan
Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang, maka didapat kesimpulan sebagai berikut :
1.
Tingkat kecerdasan Mahasiswa/i tingkat
III tentang mata kuliah Dokumentasi Asuhan Keperawatan dari 59 responden mayoritas
tingkat kecerdasan kurang sebanyak 35 orang (59,3%).
2.
Tingkat minat Mahasiswa/i tingkat III
tentang mata kuliah Dokumentasi Asuhan Keperawatan dari 59 responden mayoritas
responden memiliki tingkat minat kurang sebanyak 26 orang (44,1%).
3.
Tingkat motivasi Mahasiswa/i tingkat III
tentang mata kuliah Dokumentasi Asuhan Keperawatan dari 59 responden mayoritas
responden memiliki tingkat motivasi sangat kurang sebanyak 32 orang (54,2%).
Hasil kesimpulan
di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa faktor internal yaitu kecerdasan,
minat dan motivasi sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa/i tingkat
III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatan Harapan Mama
Kabupaten Deli Serdang.
5.2.
Saran
5.2.1.
Bagi
Mahasiswa
Pada
Mahasiswa/i Keperawatan untuk lebih dapat menguasai tentang Dokumentasi Asuhan
keperawatan karena merupakan kompetensi dasar dan hal yang sangat penting bagi
seorang perawat baik dalam pendidikan maupun di lapangan.
5.2.2.
Bagi
Pendidikan
Untuk institusi pendidikan agar lebih dapat meningkatkan
kualitas calon perawat terutama tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan dengan
membuat pelajaran ini lebih menarik untuk dipelajari agar terbentuknya prestasi
yang baik pada Mahasiswa/i dan terciptanya calon perawat yang berkualitas.
5.2.3.
Bagi
Peneliti
Bagi
peneliti diharapkan untuk dapat meneliti lebih luas dan lebih dalam lagi dengan
metode yang lengkap agar dapat menyempurnakan penelitian ini dan mengambil
tindakan terbaik, meningkatkan prestasi terhadap hasil evaluasi mengenai faktor
internal terhadap prestasi belajar Mahasiswa/i tingkat III tentang Dokumentasi
Asuhan Keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aam (2011), Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi. Pada Website : http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2108909-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-motivasi/.
Diakses pada tangal 25 Mei 2012, jam 11.07 WIB.
Ahira Anne (2009), Defenisi Faktor Internal. Pada website : http://www.anneahira.com/prestasi-belajar-5944.htm.
Diakses pada tanggal 15 Maret 2012, jam 16:33 WIB.
Ahira, Anne (2009), Faktor-faktor Internal Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. Pada
website : http://www.anneahira.com/prestasi-belajar-5944.htm. Diakses
pada tanggal 15 Maret 2012, jam 16:33 WIB.
Ali, Zaidin (2009), Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. EGC : Jakarta.
(2010), Pengantar
Metode Statistik Untuk Keperawatan. TIM : Jakarta.
Arikunto, Suharsimi (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Rineka Cipta : Jakarta.
Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan. EGC : Jakarta.
Deswani (2011), Proses Keperawatan dan berpikir Kritis. Salemba Medika : Jakarta.
Dinarti, dkk (2009), Dokumentasi Keperawatan. TIM : Jakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul (2009), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.
Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.
, Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.
Hutahaean, Serri. (2010), Konsep dan Dokumentasi Proses Keperawatan.
TIM : Jakarta.
Marelli, T.M (2007), Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Edisi
3. EGC : Jakarta.
Notoatmodjo, soekidjo (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta : jakarta.
Nursalam (2008), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi
2. Salemba Medika : Jakarta.
(2011), Proses
dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.
Prasetyaningsih (2010), Minat Belajar. Pada Website : http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/02/minat-belajar/.
Diakses pada tanggal 24 mei 2012, jam 12.00 WIB.
Prayouw (2012), Defenisi Mahasiswa. Pada website : http://fanuel040409.blogspot.com/2012/01/pengertian-mahasiswa.html.
Diakses pada tanggal 24 Maret 2012. Jam 11:05 WIB.
Syafiruddin (2011), Pengertian Prestasi Belajar. Pada website : http://www.syafir.com/2011/02/12/pengertian-prestasi-belajar.
Diakses pada tanggal 24 Maret 2012, jam 10:49 WIB.
Syam (2011), Cara Sederhana Meningkatkan Kecerdasan. Pada Website : http://smsrsd-infopenting.blogspot.com/2011/03/cara-sederhana-meningkatkan-kecerdasan.html.
Diakses pada tanggal 25 Mei 2012, jam 15.31 WIB.
Sumajitun (2010), Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. TIM : Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)