Asuhan Keperawatan Pada Glaukoma

Jumat, 28 Desember 2012

ANESTESI

bulan 12 tanggal 22 tes
bulan 12 tanggal 29 penguuman kelulusan
bulan 1 tanggal 7 masuk perdana


semoga sukses ERWIN GETIR....

Minggu, 14 Oktober 2012

KARYA TULIS ILMIAH


FAKTOR INTERNAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA/I
TINGKAT III TETANG DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
DI AKADEMI KEPERAWATAN HARAPAN MAMA
KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2012



KARYA TULIS ILMIAH




“Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan
Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang”



Akper logo.Jpg.bmp



OLEH

ERWIN SAPUTRA
09.01.020



PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KEPERAWATAN
HARAPAN MAMA KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2012



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
            Dokumentasi Asuhan Keperawatan sangat penting bagi seorang perawat karena tanpa mengerjakan Dokumentasi Asuhan Keperawatan pada pasien, perawat tidak berfungsi dan tidak ada gunanya. Rencana keperawatan dan Tindakan keperawatan yang sangat penting bagi pasien untuk menunjang kesembuhan demi memperoleh hasil evaluasi keperawatan yang memuaskan, semuanya didapat setelah melakukan pengkajian dan merumuskan masalah keperawatan. Itu semua merupakan isi dari Dokumentasi Asuhan Keperawatan (Askep).
            Menurut Kurikulum D-III Keperawatan, semua Mahasiswa/i Keperawatan telah dibekali ilmu dasar dalam penyusunan Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Diantaranya adalah mata kuliah KDK (Konsep Dasar Keperawatan) dan DokKep (Dokumentasi Keperawatan), dilanjutkan dengan mata kuliah KMB (Keperawatan Medikal Bedah) dengan melakukan latihan dengan membuat asuhan keperawatan teoritis dari suatu penyakit sebagai gambaran dalam menyusun Dokumentasi Asuhan Keperawatan dengan Metode Kasus. Begitu juga dengan mata kuliah Keperawatan Maternitas, Keperawatan Anak, Keperawatan Jiwa, Keperawatan Komunitas dan Keperawatan Keluarga.
            Setelah mengikuti semua perkuliahan dan latihan yang diberikan pada Mahasiswa/i Perawat, diharapkan Mahasiswa/i mampu membuat Dokumentasi Asuhan Keperawatan (Askep) dengan metode kasus sewaktu praktek belajar lapangan (PBL) di Rumah Sakit tertentu. Akan tetapi, masih ada juga mahasiswa/i yang belum memahami tentang Dokumentasi Asuhan  Keperawatan dengan metode kasus.
            Keadaan ini dibuktikan dengan adanya sejumlah Mahasiswa/i yang tidak mengikuti bimbingan atau konsul pada dosen pembimbing Askep-nya. Akibatnya banyak mahasiswa yang mengumpulkan Askep-nya tanpa mendapat persetujuan (ACC) dari dosen pembimbing, bahkan ada yang tidak mengumpul tugas laporannya sama sekali. Hal ini berakibat pada pengurangan nilai tugas laporan Askep tersebut Persentase nilai Mahasiswa pada mata kuliah yang berhubungan dengan tugas laporan (Askep) dengan nilai rata-rata baik > 3.50, nilai rata-rata sedang 2.75-3.54, nilai rata-rata buruk < 2.74 dan nilai rata-rata sangat buruk (< 2.24 – 0). Dari hasil pengumpulan data di Akademi Keperawatan Harapan Mama tahun 2012 dengan jumlah responden sebanyak 59 orang, didapatkan nilai mata kuliah Keperawaan Medikal Bedah (KMB II) mayoritas mendapat nilai sedang (2.75-3.54) 81,4 % sebanyak 48 orang dan minoritas mendapat nilai buruk (< 2.74) 18,6 % sebanyak 11 orang. Nilai mata kuliah  Keperawatan Jiwa mayoritas mendapat nilai sedang (2.75-3.54) 49,2 % sebanyak 29 orang, yang medapat nilai buruk (< 2.74) 39,0 % sebanyak 23 orang, dan minoritas mendapat nilai baik (> 3.50) 11, 9 % sebanyak 7 orang. Nilai mata kuliah Keperawatan Maternitas mayoritas mendapat nilai sedang (2.75-3.54) 45,8 % sebanyak  27 orang, yang mendapat nilai buruk (< 2.74) 44,1 % sebanyak 26 orang, yang mendapat nilai baik (> 3.50) dan minoritas mendapat nilai sangat buruk (< 2.24 – 0) masing-masing 5,1 % sebanyak 3 orang. Dan yang terakhir adalah nilai Keperawatan Anak II mayoritas mendapat nilai sedang (2.75-3.54) 78,0 % sebanyak 46 orang, yang mendapat nilai buruk (< 2.74) 11,9 % sebanyak 7 orang dan minoritas mendapat nilai sangat buruk (< 2.24 – 0) 10,2 % sebanyak 6 orang.
            Persentase nilai tersebuat adalah gabungan antara nilai yang didapat dari tempat praktek belajar lapangan (PBL), nilai Askep dari dosen pembimbing dan nilai tambahan dari dosen mata kuliah yang bersangkutan.
            Dengan masalah ini, maka dapat menimbulkan kekhawatiran bagi suatu institusi untuk menamatkan Mahasiswa/i-nya karena ini merupakan tugas inti dari seorang perawat yang harus sangat dikuasai oleh seorang perawat. Sebenarnya apa yang membuat adanya perbedaan nilai yang didapat oleh Mahasiswa/i ini, padahal mereka semua sama-sama mengikuti perkuliahan?. Karena itulah saya tertarik untuk meneliti tentang Faktor Internal terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa/i Tingkat III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatn Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.

1.2.            Perumusan Masalah
            Bagaimana Faktor Internal terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa/i Tingkat III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatn Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.





1.3.            Tujuan Penelitian
1.3.1.      Tujuan Umum
            Untuk mengetahui Faktor Internal terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa/i Tingkat III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatan Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.
1.3.2.      Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui tingkat kecerdasan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa/i Tingkat III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
2.      Untuk mengetahui tingkat minat terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa/i Tingkat III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan
3.      Untuk mengatahui tingkat motivasi terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa/i Tingkat III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan.

1.4.            Manfaat Penelitian
1.4.1.      Bagi Mahasiswa
            Sebagai bahan untuk menambah ilmu dan wawasan khususnya bagi penulis sendiri dan mahasiswa/i Akademi Keperawatan Harapan Mama tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan (Askep).
1.4.2.      Bagi Pendidikan
            Sebagai suatu bahan bacaan yang dapat dijadikan sebagai evaluasi untuk lebih meningkatkan kualitas perawat dalam kemahiran membuat Dokumentasi Asuhan Keperawatan yang merupakan hal penting sebagai profesi perawat.

1.4.3.      Bagi Peneliti
            Sebagai bahan yang dapat dijadikan pedoman dan motivasi untuk lebih meningkatkan kemampuan keperawatan sebagai bekal untuk menuju perawat yang profesional dan berkualitas.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.            Defenisi Faktor Internal
            Faktor internal adalah faktor dari dalam peserta didik itu sendiri yang memepengaruhi prestasi belajar (Ahira, 2009).

2.2.            Faktor-faktor Internal Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
            Menurut Faktor-faktor Internal Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar antara lain adalah (Ahira, 2009).
1.      Kecerdasan
Kecerdasan atau intelegensi merupakan aspek yang berperan penting dalam proses belajar dan berperan besar dalam menentukan keberhasilan dalam proses belajar. Siswa yang memiliki kecerdasan normal dan diatas normal, akan dengan mudah memahami materi pelajaran. Siswa tersebut sangat berpotensi mendapatkan prestasi yang bagus dalam proses balajar.
2.      Bakat
Bakat adalah potensi dasar yang dimiliki manusia. Bakat merupakan potensi bawaan yang telah didapatkan manusia sejak lahir. Ada juga yang mengartikannya dengan aptitute atau kecakapan. Sebagai potensi dasar ia akan berkembang jika diasah terus menerus. Seseorang yang memiliki bakat-bakat besar dibidang tertentu akan lebih mudah untuk berprestasi dibidang tersebut dari pada seseorang yang memiliki bakat terbatas.
3.      Minat
Minat dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti perhatian atau kegemaran terhadap sesuatu. Jadi minat belajar adalah kecendrungan atau kegemaran atau kemauan penuh peserta didik untuk mengikuti proses belajar.
4.      Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang kuat atau keinginan yang kuat untuk terus melakukan sesuatu. Motivasi belajar yang lahir dari dalam peserta didik adalah modal besar untuk meningkatkan prestasi belajar.

2.3.            Defenisi Prestasi Belajar
           Prestasi Belajar adalah segala sesuatu yang dicapai dimana prestasi itu menunjang kecakapan seorang manusia (Syafiruddin, 2011).

2.4.            Defenisi Mahasiswa
            Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan menjadi calon-calon intelektual (Prayouw, 2012).

2.5.            Defenisi Dokumentasi Keperawatan
            Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh data yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan penilaian keperawatan yang disusun secara sistematis, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum (Ali, 2010).

2.6.            Tujuan Dokumentasi Keperawatan
1.      Menghindari kesalahan, tumpang-tindih, dan ketidak lengkapan informasi dalam asuhan keperawatan.
2.      Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama atau dengan pihak lain melalui dokumentasi keperawatan yang efektif.
3.      Meningkatkan efisiensi dan efektifitas tenaga keperawatan.
4.      Terjaminnya kualitas asuhan keperawatan.
5.      Terlindungnya perawat dari suatu keadaan yang memerlukan penanganan secara hukum.
6.      Tersedianya data-data dalam penyelenggaraan penelitian karya ilmiah, pendidikan, dan penyusunan atau penyempurnaan standar asuhan keperawatan.
7.      Melindungi klien dari tindakan malpraktik (Ali, 2010).

2.7.            Dokumentasi Proses Keperawatan
            Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini disebut suatu pendekatan problem-solving yang merupakan suatu modalitas pemecahan masalah yang didasari oleh metode ilmiah yaitu metode yang memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien (Hutahaean, 2010).
            Proses keperawatan merupakan bagian integral dari praktik keperawatan yang membutuhkan pertimbangan yang matang dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini harus dilandaskan kepada pengetahuan dan penerapan ilmu pengetahuan serta prinsip-prinsip biologis, psikologis, social, dan spiritual (Asmadi, 2008).
            Adapun system yang digunakan, pendokumentasian pada catatan pasien memberi peran penting karena pendokumentasian merupakan:
1.      Satu-satunya sumber tertulis yang menjelaskan rangkaian perawatan pasien.
2.      Sumber utama untuk refrensi dan komunikasi antar-anggota tim perawatan kesehatan.
3.      Satu-satunya teks yang mendukung pembayaran ansuransi dan atau penolakan pembayaran.
4.      Satu-satunya yang menjadi landasan dalam membuat keputusan perawat pasien.
5.      Satu-satunya catatan legal.
6.      Landasan utama untuk evaluasi pemberian perawatan.
7.      Sumber data untuk penelitian, percobaan klinis, dan lain-lain.
8.      Dasar untuk pendidikan staf edukasi atau studi lainnya.
9.      Sumber objektif untuk perizinan dan tinjauan akreditasi rumah sakit (Marelli, 2007).




2.8.            Tahap-tahap Proses Keperawatan
            Berdasarkan pandangan dari beberapa ahli tentang proses keperawatan, terdapat beberapa komponen yang dapat disimpulkan dengan melalui tahapan proses keperawatan diantaranya tahap pengkajian, tahap diagnosis keperawatan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, serta tahap evaluasi (Hidayat, 2009).
            Proses keperawatan terdiri atas lima tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap dari proses keperawatan sesuai dengan skema diatas. Pada tahap pengkajian, yang dilakukan adalah mengmpulkan data, seperti riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekunder lainnya (catatan, hasil pemeriksaan diagnostik, dan literature).
            Setelah data didapatkan, maka tahap selanjutnya adalah diagnosis, kegiatan yang dilakukan pada tahap diagnosis ini adalah memvalidasi data, mengoreksi dan mengelompokkan data, menginterpretasikan data, mengidentifikasi masalah dari kelompok data, dan merumuskan diagnosis keperawatan.
            Tahap perencanaan dilakukan setelah diagnosis dirumuskan. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun prioritas masalah, merumuskan tujuan dan kriteria hasil, memilih strategi asuhan keperawatan, melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain, dan menuliskan atau mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan.
            Tahap implementasi adalah tahap melakukan rencana yang telah dibuat pada klien. Adapun kegiatan yang ada pada tahap implementasi meliputi:  pengkajian ulang, memperbaharui data dasar, meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang telah direncanakan.
            Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mengkaji respon klien setelah dilakukan intervensi keperawatan , membandingkan respon klien dengan kriteria hasil, memodifikasi asuhan keperawatan sesuai dengan hasil evaluasi, dan mengkaji ulang asuhan yang telah diberikan (Deswani, 2011).

2.9.            Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
              Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual klien (Asmadi, 2008).
Jenis-jenis dokumentasi pengkajian, meliputi:
1.      Dokumentasi pengkajian awal (Initial assessment)
Dokumentasi pengkajian awal ini merupakan dokumentasi pengkajian yang dilakukan ketika pasien masuk Rumah Sakit. Bentuk dokumentasi ini biasanya merujuk pada data dasar yang digunakan sebagai sumber data dalam pemberian asuhan keperawatan.
2.      Dokumentasi pengkajian lanjutan (Ongoing assessment)
Dokumentasi pengkajian lanjutan ini merupakan dokumentasi ulang sebagai pengembangan data dasar, dimana pengkajian ini dilakukan kembali setelah pengkajian untuk melengkapi data yang ada, supaya data tersebut lebih mendukung terhadap identifikasi masalah klien. Dokumentasi ini biasanya didokumentasikan dalam catatan perkembangan klien, atau pada lembar yang sesuai (data penunjang).
3.      Dokumentasi pengkajian ulang (Reassesment)
Dokumentasi pengkajian ulang ini merupakan dokumentasi terhadap pengkajian yang didapat dari informasi selama evaluasi. Dalam hal ini perawat mengevaluasi kemajuan data terhadap masalah klien yang sudah ditemukan (Hutahaean, 2010).
Ada dua tipe data dalam tahap pengkajian keperawatan, yaitu:
1.      Data Subyektif
Data subyektif merupakan data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi kejadian. Data ini bisa didapatkan dari riwayat keperawatan seperti persepsi pasien, perasaan tentang status kesehatannya. Informasi lainnya bisa didapatkan dari keluarga, konsultan, dan tenaga kesehatan lainnya.
2.      Data Obyektif
Data obyektif merupakan data yang didapatkan dari hasil observasi perawat dan sifatnya dapat diukur. Informasi ini biasa didapatkan dari pemeriksaan fisik klien dan juga pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium (Hutahaean, 2010).




2.9.1.      Pengumpulan Data
            Pengumpulan data merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat digunakan sebagai informasi tentang klien. Data yang dibutuhkan tersebut mencakup data tentang biopsikososial dan spiritual dari klien, data yang berhubungan dengan masalah klien serta data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau data yang berhubungan dengan klien seperti data tentang keluarga, dan lingkungan yang ada (Hidayat, 2009).
Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik.
1.      Wawancara
Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data secara langsung antara perawat dan klien. Di sini, perawat (pewawancara) mendapatkan respon langsung dari klien melalui tatap muka dan pertanyaan yang diajukan. Data wawancara adalah semua ungkapan klien, tenaga kesehatan, atau orang lain yang berkepentingan termasuk keluarga, teman, dan orang terdekat klien.
2.      Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan visual dengan menggunakan panca indera. Kemampuan melakukan observasi merupakan keterampilan tingkat tinggi yang memerlukan banyak latihan. Unsur terpenting dalam observasi adalah mempertahankan objektivitas penilaian.



3.      Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik berfokus pada respons klien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya. Cara pendekatan sistematis yang dapat digunakan perawat dalam melakukan permeriksaan fisik adalah pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe) dan pendekatan berdasarkan system tubuh (review of system).
Pemerikasaan fisik dilakukan dengan menggunakan empat metode, yakni inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi. Keempat metode tersebut hendaknya dilakukan secara berurutan.
a.       Inspeksi. Secara sederhana, inspeksi didefinisikan sebagai kegiatan melihat atau memperhatikan secara saksama status kesehatan klien. Kunci keberhasilan inspeksi adalah dengan mengetahui apa yang harus kita lihat atau kita amati. Inspeksi, misalnya dilakukan untuk memeriksa keadaan kulit dan jaringan mukosa, bentuk tubuh, gerakan, dan sebagainya.
b.      Auskultasi. Auskultasi adalah langkah pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop yang memungkinkan pemeriksa mendengar bunyi yang keluar dari rongga tubuh pasien. Auskultasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang kondisi jantung, paru, dan saluran pencernaan (misalnya; adanya bunyi mengi, ronki, akibat penumpukan sputum pada saluran pernapasan, atau bunyi jantung).
c.       Perkusi. perkusi atau periksa ketuk adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara mengetuk secara pelan jari tengah menggunakan jari yang lain untuk menentukan posisi, ukuran, dan konsistensi struktur suatu organ tubuh. Contohnya: perkusi rongga dada untuk mengetahui status paru atau jantung, atau perkusi rongga abdomen untuk mengetahui adanya distensi abdomen. Untuk memperoleh hasil perkusi yang akurat, diperlukan keterampilan teknis dan interpretasi bunyi yang timbul.
d.      Palpasi. Palpasi atau periksa raba adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara meraba atau merasakan kulit klien untuk mengetahui struktur yang ada dibawah kulit. Contohnya: palpasi abdomen untuk mengetahui lokasi nyeri pada usus atau untuk mengetahui adanya masa pada usus. Palpasi sering dilakukan untuk menguatkan hasil inspeksi (Asmadi, 2008).
2.9.2.      Validasi Data
            Validasi data merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang telah dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subjektif dan objektif yang didapatkan dari berbagai sumber dengan berdasarkan standar  nilai normal, untuk diketahui kemungkinan tambahan atau pengkajian ulang tentang data yang ada (Hidayat, 2009).
2.9.3.      Identifikasi Pola atau Masalah
            Merupakan kegiatan akhir dari tahap pengkajian setelah dilakukan validasi data dengan mengidentifikasi pola atau masalah yang mengalami gangguan yang ada dimulai dari pengkajian pola fungsi kesehatan (Hidayat, 2009).




2.10.        Dokumentasi Diagnosa Keperawatan
            Diagnosis keperawatan adalah satu tahap proses keperawatan yaitu mengidentifikasi masalah kesehatan klien yang dapat diatasi (ditangani, dikurangi, atau diubah) melalui intervensi manajemen keperawatan. Diagnosis keperawatan memakai pengkajian data sampai label pola respon pada masalah kesehatan. Diagnosis keperawatan itu sendiri merupakan sebuah pernyataan singkat dalam mempertimbangkan perawat untuk menggambarkan respons klien pada masalah kesehatan baik aktual maupun risiko (Nursalam, 2011).
            Komponen-komponen dalam pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiology), dan data (sign and symptom). Untuk memudahkannya, di singkat dengan PES.
1.      Masalah (problem). Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan perubahan status kesehatan klien. Perubahan tesebut menyebabkan timbulnya masalah.
2.      Penyebab (etiologi). Pernyataan etiologi mencerminkan penyebab dari masalah kesehatan klien yang memberi arah bagi terapi keperawatan. Etiologi tersebut dapat terkait dengan aspek patofisiologis, psikososial, tingkah laku, perubahan situasional gaya hidup, usia perkembangan, juga faktor budaya dan lingkungan. Frase “berhubungan dengan” (related to) berfungsi untuk menghubngkan masalah keperawatan dengan pernyataan etiologi.
3.      Data (sign and symptom). Data diperoleh selama tahap pengkajian sebagai bukti adanya masalah kesehatan pada klien. Data merupakan informasi yang diperukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan. Penggunaan frase “ditandai oleh” menghubungkan etiologi dengan data (Asmadi, 2008).
            Rumusan diagnosis keperawatan dapat berbentuk diagnosis aktual, risiko, sindrom, potensial, dan kemungkinan. Diagnosis keperawatan adalah suatu bentuk pernyataan dari perawat yang bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien terhadap masalah yang dialami. Respons tersebut dapat berbentuk negative maupun positif. Diagnosis ditegakkan berdasarkan rumus yang telah ditentukan dan atas hasil pengkajian data yang diperoleh dari klien (Deswani, 2011).
Peraturan dalam menulis diagnosis keperawatan
1.      Diagnosa aktual
Komponen diagnosa aktual terdiri atas tiga bagian
PES (problem + etiologi + tanda dan gejala) atau PRS (problem + faktor yang berhubungan + tanda dan gejala).
Menggunakan kata penghubung berhubungan dengan
Contoh ;
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan keterbatasan bahasa ditandai dengan : ketidakmampuan bicara, tidak mengerti bahasa Indonesia.
Peraturan :
Data klien sudah tanda dan gejala yang mendukung diagnosis keperawatan.
2.      Diagnosis risiko
Komponen diagnosis risiko terdiri atas dua bagian
PE (problem + etiologi) atau PR (problem + faktor yang berhubungan/risiko)
Menggunakan kata penghubung berhubungan dengan.
Contoh :
Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan obesitas, diaphoresis berlebihan, sangat senang berada di temat tidur.
Peraturan :
Data klien hanya mengandung tanda faktor (risiko).
3.      Diagnosis kemungkinan (possibility)
Bentuk dari diagnosis ini hanya terdiri dari satu bagian, sangat sederhana karena hanya menuliskan apa masalah yang mingkin terjadi.
Contoh :
Kemungkinan perubahan pola seksual.
Peraturan :
Data dasar klien tidak menunjukkan faktor risiko atau faktor yang berhubungan.
4.      Diagnosis potensial (wellness)
Bentuk dari diagnosis ini hanya terdiri dari satu bagian. Ciri khasnya adalah menggunakan kata potensial untuk dikembangkan.
Contoh :
Potensial untuk dikembangkan peran menjadi orang tua.
5.      Diagnosis sindrom
Bentuk dari diagnosis ini hanya terdiri dari satu bagian dan langsung menyebutkan sindrom yang dimaksud.
Contoh :
Sindrom trauma perkosaan (Deswani, 2011).

2.11.        Dokumentasi Perencanaan Keperawatan
            Perencanaan adalah fase proses keperawatan yang sistematik, mencakup pembuatan keputusan dan pemecahan masalah (Sumajitun, 2010).
            Dokumentasi rencana keperawatan adalah catatan tentang penyusun kegiatan-kegiatan yang akan diberikan kepada klien untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan pada klien (Hutahean, 2010).
2.11.1.  Penentuan Prioritas Masalah
            Menyusun prioritas adalah proses menentukan instruksi yang lebih diinginkan untuk strategi keperawatan (Sumajitun, 2010).
Dalam menentukan prioritas terdapat beberapa pendapat urutan prioritas, diantaranya;
1.      Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa).
Penentuan pioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa) yang dilatarbelakangi dari prinsip pertolongan pertama yaitu dengan membagi beberapa prioritas tinggi, prioritas sedang dan prioritas rendah.
Prioritas tinggi : prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan nafas.
Prioritas sedang : prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup klien seperti masalah hygiene seseorang.
Prioritas rendah : prioritas rendah ini menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah keuangan atau lainnya.

2.      Berdasarkan kebutuhan maslow
Untuk menentukan diagnosis yang akan direncanakan, Maslow membagi urutan tersebut berdasarkan urutan kebutuhan dasar manusia diantaranya :
a.       Kebutuhan fisiologis
Meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan kulit, mobilitas, eliminasi.
b.      Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.
c.       Kebutuhan mencintai dan dicintai
Meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok, hubungan antar manusia.
d.      Kebutuhan harga diri
Meliputi masalah respek dari keluarga, perasaan menghargai diri sendiri.
e.       Kebutuhan aktualisasi diri
Meliputi masalah kepuasan terhadap lingkungan (Hidayat, 2009).
2.11.2.  Penentuan Tujuan dan Hasil yang Diharapkan
            Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosis keperawatan dengan kata lain tujuan merupakan sinonim dari kriteria hasil yang mempunyai komponen sebagai berikut : S (subjek), P (prediket), K (criteria), K (kondisi), W (waktu) dengan penjabaran sebagai berikut :
S : Perilaku pasien yang diamati.
P : Kondisi yang melengkapi pasien.
K : Kata kerja yang dapat diukur atau untuk menentukan tercapainya tujuan.
K : Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan.
W : Waktu yang ingin dicapai.
            Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standar evaluasi yang merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan dengan ciri-ciri sebagai berikut : setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan telah ditetapkan, hasil yang ditetapkan dalam kriteria hasil memungkinkan untuk dicapai, setiap kriteria hasil adalah pertanyaan satu hal yang spesifik, harus sekongkrit mungkin untuk memudahkan pengukuran, kriteria cukup besar atau dapat diukur, hasilnya dapat dilihat, didengar dan kriteria menggunakan kata-kata positif bukan menggunakan kata negative (Hidayat, 2009).
2.11.3.  Penentuan Rencana Tindakan
            Langkah dalam perencanaan ini dilaksanakan setelah menentukan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dengan menentukan rencana tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam mengatasi masalah klien. Dalam membuat rencana tindakan perawat harus mengetahui juga tentang instruksi atau perintah tentang tindakan keperawatan apa yang akan dilakukan dari perawat primer (pembuat asuhan keperawatan) (Hidayat, 2009).




2.11.4.  Tipe Instruksi Perawatan dalam Rencana Tindakan
            Dalam memberikan instruksi keperawatan ada empat tipe instruksi yang digunakan diantaranya tipe diagnostik, terapeutik, penyuluhan dan rujukan.
1.      Tipe Diagnostik
Tipe ini menilai kemungkinan klien kearah pencapaian kiteria hasil dengan observasi secara langsung.
2.      Tipe Terapeutik
Menggambarkan tindakan yang dilakukan oleh perawat secara langsung untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah kemungkinan masalah.
3.      Tipe Penyuluhan
Digunakan untuk meningkatkan keperawatan diri pasien dengan membantu klien untuk memperoleh tingkah laku individu yang mempermudah pemecahan masalah.
4.      Tipe Rujukan
Menggambarkan peran perawat sebagai koordinator dan menejer dalam perawatan klien dalam anggota tim kesehatan.
Selain tipe tersebut di atas ada beberapa jenis tipe lain dalam menentukan rencana tindakan seperti tindakan yang sifatnya delegasi (pelimpahan tugas), edukasi (pendidikan), observasi (sifatnya melakukan pengawasan atau pengamatan), preventif (sifatnya pencegahan), sifat suportif (sifatnya memberi dukungan), rehabilitasi (sifatnya membantu untuk mandiri), higienik yang bersifat membantu, untuk menjaga kebersihan diri (Hidayat, 2009).

2.12.        Dokumentasi Tindakan (Implemetasi) Keperawatan
            Dokumentasi implementasi keperawatan merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan kepada klien. Pencatatan ini mencakup tindakan keperawatan yang diberikan baik secara mandiri mapun kolaboratif, serta pemenuhan kriteria hasil terhadap tindakan yang diberikan kepada klien (Hutahaean, 2010).
2.12.1.  Manfaat Pendokumentasian Implementasi Keperawatan
1.      Mengkomunikasikan tindakan-tindakan yang telah dilakukan kepada pasien
2.      Menjadi dasar penentuan tugas dalam suatu ruangan.
3.      Memperkuat pelayanan keperawatan (menghindari malpraktek).
4.      Membantu perhitungan anggaran biaya Rumah Sakit (Hutahaean, 2009).
2.12.2.  Tujuan Implementasi Keperawatan
1.      Meningkatkan kesehatan klien.
2.      Pencegahan penyakit.
3.      Pemulihan kesehatan klien.
4.      Memfasilitasi koping klien (Hutahaean, 2009).
2.12.3.  Kriteria Implementasi keperawatan
1.      Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
2.      Kolaborasi degan tim kesehatan lainnya untuk mengingkatkan status kesehatan pasien
3.      Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.
4.      Melakukan supervise terhadap tenaga pelaksana keperawatan di bawah tanggung jawabnya.
5.      Memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan.
6.      Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien (Hutahaean, 2009).

2.13.        Dokumentasi Evaluasi Keperawatan
            Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tugas selama tahap ini termasuk pendokumentasian pernyataan evaluasi dan revisi rencana asuhan keperawatan dan intervensi jika perlu (Nursalam, 2011).
2.13.1.  Tujuan Pencatatan Hasil Evaluasi
1.      Menilai pencapaian kriteria hasil dan tujuan.
2.      Mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi pencapaian tujuan.
3.      Membuat keputusan apakah rencana asuhan diteruskan atau dihentikan.
4.      Melanjutkan, memodifikasi, atau mengakhiri rencana (Deswani, 2011).
2.13.2.  Jenis Evaluasi Keperawatan
1.      Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif atau pernyataan formatif atau biasa juga dikenal dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan dilakukan.



2.      Evaluasi Sumatif
Evluasi sumatif atau evaluasi hasil, yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diinginkan (Dinarti, dkk, 2009).
2.13.3.  Metode Dokumentasi Evaluasi
1.      Menentukan kriteria, standart praktik dan pertanyaan evaluative.
2.      Mengumpulkan data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi.
3.      Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standart yang ada.
4.      Merangkumkan hasil dan membuat kesimpulan.
5.      Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan intervensi yang telah dilakukan sebelumnya (jika masalah belum teratasi).
6.      Evaluasi dilakukan dengan pendekatan pada SOAP, yaitu:
S       : Data Subjektif, yaitu: data yang diutarakan klien dan pandangannya   
           terhadap data tersebut (jika pasien afasia, penulisan datanya adalah:
           O/X).
O      : Data Objektif, yaitu: data yang didapat dari  hasil observasi
           perawat, termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan
           dengan penyakit klien (meliputi: data fisiologi, dan informasi dari
           pemeriksaan tenaga kesehatan).
A      : Analisa, yaitu: analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan
           data objektif.
P       : Perencanaan, yaitu: pengembangan rencana segera atau yang akan
           datang untuk mencapai status kesehatan klien yang optimal (Hutaheaen, 2010).
2.12.4.  Format Dokumentasi Evaluasi
1.      SOAP
Format SOAP umumnya digunakan pada pengkajian awal pasien.
S    : Subjective, pernyataan atau keluhan dari pasien.
O   : Objective, data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga (catatan
        : data subjektif harus relevan dengan diagnosa keperawatan yang
        dievaluasi).
A   : Analisys,  kesimpulan dari objektif dan subjektif (umumnya ditulis
        dalam bentuk masalah keperawatan).
P    : Planning, rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
        analisis.
2.      SOAPIER
Format SOAPIER lebih tepat digunakan apabila rencana pasien ada yang akan dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan.
S    ; Subjective, pernyataan atau keluha pasien yang relevan.
O   : Objective,  data yang diobservasi yang relevan dengan diagnosa
        keperawatan yang dievaluasi lalu bandingkan dengan kriteria hasil
        yang diharapkan.
A   : Analisys, kesimpulan berdasarkan data objektif dan subjektif.
P    : Planning, apa yang dilakukan terhadap masalah.
I     : Implementation, bagaimana dilakukan.
E    : Evaluation, respon pasien terhadap tindakan keperawatan.
R   : Revised, apakan rencana keperawatan akan dirubah,
3.      D. A. R
Format dokumentasi D. A. R membantu perawat untuk mengatur pemikirannya dan memberikan struktur yang dapat meningkatkan pemecahan masalah kreatif. Komunikasi yang terstruktur akan mempermudah konsistensi penyelesaian masalah diantara tim kesehatan.
D   : Data, data objektif dan subjektif yang mendukung masalah.
A   : Action, tindakan yang segera dilakukan untuk mengetasi masalah.
R   : Respons, respon pasien terhadap tindakan perawat sekaligus melihat
             tindakan yang telah dilakukan berhasil atau tidak (Dinarti, dkk, 2009).

2.14.        Kerangka Konsep
            Tahap yang penting dalam suatu penelitian adalah menyusun kerangka konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan agar dapat membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik variable yang diteliti maupun yang tidak di teliti) (Nursalam, 2011).
       Variabel Independent                                      Variabel Dependent
 

    · Kecerdasan                                                 Prestasi Belajar Mahasiswa/i
    · Minat                                                        tentang Dokumentasi Asuhan
    · Motivasi                                                               Keperawatan                    
   



2.15.        Variabel Penelitian
2.15.1.  Berdasarkan Sifat Variabel
1.      Variable Kontinu, yakni variabel yang dapat ditentukan nilainya dengan jarak, misalnya: berat badan, tinggi badan, pendapatan, dan sebagainya.
2.      Variabel deskrit (kategori), apabila nilainya tidak dapat dinyatakan dengan nilai pecahan. Variabel ini dibedakan menjadi variabel dikotomi, misal jenis kelamin, status perkawinan, dan sebagainya, dan variabel polytomi, misalnya jumlah anak, pendidikan, pendapatan, dan sebagainya (Notoatmojo, 2010).
2.15.2.  Berdasarkan Hubungan Fungsional atau Peranannya
1.      Variabel tergantung, terikat, akibat, terpengaruh atau dependent variabel atau variabel yang dipengaruhi.
2.      Variabel bebas, sebab, mempengaruhi atau independent variabel atau variabel risiko.
Disebut variabel tergantung atau dependent karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel independent.
3.      Variabel pengganggu (confounding), variabel pengganggu atau confounding variable adalah variabel yang mengganggu terhadap hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent (Notoatmodjo, 2010).





2.15.         Defenisi Operasional Variabel
            Prestasi belajar adalah kemampuan atau hasil yang diperoleh seseorang dari hasik proses belajar yang telah dijalani.
1.      Faktor internal adalah hal-hal yang muncul di dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang.
2.      Mahasiswa adalah orang yang menjalani pendidikan di perguruan tinggi baik di jenjang diploma, S I dan seterusnya hingga S III.
3.      Kecerdasan adalah tingkat kepintaran yang dimiliki seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi atau kemampuan seseorang itu disegala hal dan disegala bidang yang mencakup pengetahuannya.
4.      Minat adalah kegemaran atau kesukaan seseorang terhadap suatu hal atau benda yang ada dikehidupan mereka.
5.      Motivasi adalah semangat, dorongan atau keinginan seseorang terhadap suatu hal atau suatu benda.
6.      Dokumentasi Asuhan Keperawatan adalah catatan yang sangat penting  yang berisi tentang data lengkap pasien yang mencakup bio, psiko, social dan spiritual, dari mulai pengkajian hingga evaluasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.




BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.            Jenis Penelitian
            Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan tentang “Faktor Internal Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa/i Tingkat III Tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatan Harapan Mama“.

3.2.            Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1.      Lokasi Penelitian
            Penelitian  ini dilakukan di Yayasan Akademi Keperawatan Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang.
3.2.2.      Waktu Penelitian
            Penelitian ini dilakukan pada saat mengajukan judul sampai dengan selesai, periode bulan Februari s/d Mei 2012.

3.3.            Populasi dan Sampel
3.3.1.      Populasi
            Populasi dalam penelitian ini yaitu keseluruhan Mahasiswa/i tingkat III di Akademi Keperawatan Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah 59 orang.

3.3.2.      Sampel
            Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008).
Dalam penelitian ini peneliti mengambil semua populasi yaitu berjumlah 59 orang.

3.4.            Teknik Sampling
            Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008).
            Penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh, sampel yang diteliti adalah sebanyak 59 orang. Teknik sampling jenuh adalah sensus, artinya seluruh populasi diteliti (Machfoedz, 2009).

3.5.            Pengumpulan Data
            Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan  cara melakukan observasi langsung pada setiap individu responden yang diteliti, peneliti mengamati dengan mengacu pada format penilaian berbentuk skala penilaian (rating scale) sebagai dasar penilaian dari tiap-tiap item variabel yang hendak diteliti.
            Acuan penilaian peneliti terdiri dari tiap-tiap pertanyaan berbentuk skala penilaian (rating scale) berjumlah 10 pertanyaan dari masing-masing variabel yang hendak diteliti, yaitu mengenai kecerdasan, minat dan motivasi dengan total jumlah item sebanyak 30 item penilaian.
3.5.1        Penilaian Kecerdasan Mahasiswa
            Penilaian kecerdasan bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan dan pengetahuan Mahasiswa/i tentang pelajaran Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
            Kecerdasan mencakup pemahaman dan kemampuan verbal, angka dan hitungan, kemampuan visual, daya ingat dan penalaran (Syam, 2012).
3.5.2        Penilaian Minat Mahasiswa
            Penilaian Minat bertujuan untuk mengetahui tentang persepsi gemar dan kesukaan Mahasiswa/i baik dari internal atau eksternal terhadap pelajaran Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
            Berhasil atau tidak peserta didik dalam belajar disebabkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor tersebut dapat berupa faktor dari dalam individu (faktor internal) seperti faktor kesehatan, bakat dan perhatian, dan faktor dari luar individu (faktor eksternal) seperti keadaan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
1.      Faktor internal
            Merupakan faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik yang berasal dari peserta didik sendiri.
a.       Kesehatan
Peserta didik yang sehat jasmani dan rohani akan terdorong untuk belajar dan sebaliknya. Kesehatan jasmani yang terganggu misalnya pilek dan deman, menjadikan peserta didik tidak cepat lelah dalam belajar dan tidak memiliki semangat untuk belajar.
Begitu pula dengan kesehatan rohani, peserta didik yang memiliki rasa kecewa terhadap teman atau orang tua, menimbulkan rasa malas untuk belajar dan tidak adanya konsentrasi terhadap pelajaran tersebut.
b.      Bakat dan intelegensi
Bakat mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakat, maka siswa akan berminat terhadap pelajaran tersebut, begitu juga intelegensi, orang yang memiliki intelegensi (IQ) tinggi, umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik, sebaliknya jika seseorang yang “IQ” nya rendah akan mengalami kesukaran dalam belajar.
c.       Perhatian
Untuk mencapai hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap materi yang dipelajarinya. Hal tersebut akan menimbulkan minat dalam diri peserta didik dan memiliki semangat dalam belajar sehingga mencapai prestasi yang bagus.
2.      Faktor eksternal
a.       Keluarga
Keluarga memiliki peran yang besar dalam menciptakan minat belajar bagi anak. Seperti yang kita tahu, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama bagi anak Cara orang tua dalam mengajar dapat mempengaruhi minat belajar anak. Orang tua harus selalu siap sedia saat anak membutuhkan bantuan terlebih terhadap materi pelajaran yang sulit ditangkap oleh anak. Peralatan belajar yang dibutuhkan anak, jugaperlu diperhatikan oleh orang tua. Dengan kata lain, oran tua harus terus mengetahui perkembangan belajar anak pada setiap hari.
Suasana rumah juga harus mendukung anak dalam belajar. kerapian dan ketenangan perlu dijaga. Hal tersebut bertujuan agar anak merasa nyaman dan mudah membentuk konsentrasinya terhadapa materi yang dihadapi.
b.      Sekolah
Pengetahuan dan pengalam yang diberikan melalui sekolah harus dilakukan dengan proses mengajar yang baik. Pendidik menyelenggarakan pendidikan dengan tetap memperhatikan kondisi anak didiknya. Dengan demikian, anak tercipta situasi yang menyenangkan dan tidak membosankan dalam proses pembelajaran.
Minat belajar peserta didik, dapat tumbuh dalam lingkungan sekolah dengan baik, apabila guru memegang perannya sesuai ketentuan. Guru dapat menimbulkan minat belajar dengan memotivasi mereka, seperti memberikan hadiah pada anak yang mendapat nilai seratus. Guru juga harus pandai dalam memilki pekerjaan rumah yang akan diberikan pada peserta didik. Pekerjaan rumah tersebut jangan sampai membuat peserta didik merasa bosan didepan soal-soal tersebut.
c.       Masyarakat
Kegiatan akademik, akan lebih baik apabila diimbangi dengan kegiatan di luar sekolah. Banyak kegiatan di dalam masyarakat yang dapat menumbuhkan minat belajar anak. Seperti kegiatan karang taruna. Anak dapat belajar berorganisasi di dalamnya. Tapi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anaknya di luar rumah dan sekolah. Sebab kegiatan yang berlebih akan menurunkan                                           semangatnya dalam mengikuti pelajaran di sekolah (Prasetyaningsih, 2010).

3.5.3        Penilaian Motivasi Mahasiswa
            Penilaian Motivasi bertujuan untuk mengetahui persepsi Mahasiswa/i tentang kemauan di dalam diri mereka untuk mempelajari tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
            Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat diperlukan. Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan akan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitannya dengan itu perlu diketahui ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:
a.       Kematangan
Dalam pemberian motivasi, faktor kematangan fisik, sosial dan psikis haruslah diperhatikan, karena hal itu dapat mempengaruhi motivasi. Seandainya dalam pemberian motivasi itu tidak memperhatikan kematangn, maka akan mengakibatkan frustasi dan mengakibatkan hasil belajar tidak optimal.
b.      Usaha yang bertujuan
Setiap usaha yang dilakukan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, akan semakin kuat dorongan untuk belajar.
c.       Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi
Dengan mengetahui hasil belajar, siswa terdorong untuk lebih giat belajar. Apabila hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa akan berusaha untuk mempertahankan atau meningkat intensitas belajarnya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik di kemudian hari. Prestasi yang rendah menjadikan siswa giat belajar guna memperbaikinya.
d.      Partisipasi
Dalam kegiatan mengajar perluh diberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi dalam seluruh kegiatan belajar. Dengan demikian kebutuhan siswa akan kasih sayang dan kebersamaan dapat diketahui, karena siswa merasa dibutuhkan dalam kegiatan belajar itu.
e.       Penghargaan dengan hukuman
Pemberian penghargaan itu dapat membangkitkan siswa untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan berperan untuk membuat pendahuluan saja. Pengharagaan adalah alat, bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan agar penghargaan ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang menerima pengharagaan karena telah melakukan kegiatan belajar yang baik, ia akan melanjutkan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas. Sedangkan hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi (Aam, 2011).

3.6.            Teknik Analisa Data
            Setelah peneliti mendapat data yang diteliti, maka peneliti mulai menganalisa data yang telah terkumpul melalui observasi dengan mengacu pada format penilaian yang berbentuk multiple choice yang berisi tiap-tiap item dari masing-masing variabel yang hendak diteliti dengan total jumlah item sebanyak 30 item.
           
           Dalam penelitian ini, ada dua  cara pengolahan data yang digunakan oleh peneliti. Yaitu dengan cara manual dan dengan menggunakan komputer.
Cara manual:
1.      Proses Editing
Setelah daftar pertanyaan yang sudah diisi diterima kembali, maka perlu dibaca kembali, yang kurang jelas diperbaiki, kalau masih ada yang belum sesuai dan belum konsisten jawaban dengan pertanyaan dikembalikan kepada pewawancara atau penyidik untuk diperbaiki atau disisi kembali.
2.      Cooding (Pengkodean)
Setelah lembar data atau pertanyaan itu benar akan dilakukan pengkodean. Pengkodean disini dimaksudkan pemberian kode jawaban secara angka atau kode tertentu sehingga lebih mudah ditabulasi.
3.      Transferring
Transferring ini dimaksudkan memudahkan jawaban atau kode jawaban kedalam media tertentu, misalnya kedalam kartu kode, master tabel dan lain-lain.
4.      Tabulasi Data
Data yang telah dikumpulkan tadi dimasukkan ke dalam daftar tabel yang telah disiapkan.
5.      Penyajian data
Setelah data-data ditabulasi maka perlu disajikan dengan sebaik-baiknya.
(Ali. 2010).


Cara komputer:
1.      Editing
Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan pengisian formulir atau koesioner tersebut.
2.      Coding
Setelah semua koesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau “koding”. Yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
3.      Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing
Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk  “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer. Software komputer  ini bermacam-macam, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah satu paket program yang paling sering digunakan untuk “entri data” penelitian adalah paket program SPSS for Windows.
4.      Pembersihan Data
Apabila semua data dari setiap sumber data responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo,2010).


3.7.            Aspek Pengukuran
            Sebelum menentukan kategori penilaian. Terlebih dahulu menentukan kriteria yang dinilai, patokan penelitian yaitu dalam penilaian berdasarkan observasi penelitian terdiri dari pertanyaan yang mencakup Kecerdasan, Minat dan Motivasi tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatan Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang.
            Demi memperoleh data yang cermat, peneliti memakai alat observasi sebagai pendukung dalam pengamatan ini berupa metode skala penilaian (rating scale), skala ini berupa daftar yang berisikan ciri-ciri tingkah laku, yang dicatat secara bertingkat. Rating scale ini dapat merupakan suatu alat pengumpulan data untuk mengelompokkan, menggolongkan, dan menilai seseorang atau suatu gejala (Notoatmodjo, 2010).
1.      Penilaian kecerdasan
Format penilaian untuk kecerdasan terdiri dari 10 item yang hendak diteliti, penilaian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kecerdasan dari tiap-tiap responden yang diteliti,
Penilaian dilakukan sebagai berikut:
Jawaban
skor
Sangat setuju
Setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1


2.      Penilaian minat
Format penilaian untuk minat terdiri dari 10 item yang hendak diteliti, penilaian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat minat dari tiap-tiap responden yang diteliti,
Penilaian dilakukan sebagai berikut:
Jawaban
skor
Sangat setuju
Setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1

3.      Penilaian motivasi
Format penilaian untuk motivasi terdiri dari 10 item yang hendak diteliti, penilaian ini dilakukan untuk mengetahui motivasi dari tiap-tiap responden yang diteliti,
Penilaian dilakukan sebagai berikut:
Jawaban
skor
Sangat setuju
Setuju
Kurang setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
5
4
3
2
1




Hasil skoring disimpulkan dengan menggunakan skala ordinal dari masing-masing variabel yang diteliti, yaitu:
Sangat Baik    = apabila skor total 43 - 50
Baik               = apabila skor total 35 - 42
Cukup            = apabila skor total 27 - 34
Kurang           = apabila skor total 19 - 26
Sangat kurang = apabila skor total 10 - 18



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.            Hasil Penelitian
Pada Bab ini, peneliti akan menguraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan data terhadap 59 responden yaitu Mahasiswa/i tingkat III di Akademi Keperawatan Harapan Mama sejak bulan Februari  s/d bulan Mei 2012. Penyajian hasil penelitian meliputi tiap-tiap variabel yang diteliti yaitu kecerdasan, minat dan motivasi terhadap prestasi belajar Mahasiswa/i tingkat III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatan Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012, didapatkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi dan persentase dibawah ini:
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kecerdasan Mahasiwa/i Terhadap Mata Kuliah Dokumentasi Asuhan Keperawatan
di Akademi Keperawatan Harapan Mama
Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2012

Tingkat Kecerdasan
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
0
4
9
35
11
0
6,8
15,3
59,3
18,6
Jumlah
59
100

            Berdasarkan tabel 4.1. Dari 59 responden yang diteliti, mayoritas responden memiliki tingkat kecerdasan kurang sebanyak 35 responden (59,3%), dan minoritas responden memiliki tingkat kecerdasan sangat baik tidak ada (0%).
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Minat Mahasiwa/i Terhadap Mata Kuliah Dokumentasi Asuhan Keperawatan
di Akademi Keperawatan Harapan Mama
Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2012

Tingkat Minat
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
0
4
6
26
23
0
6,8
10,2
44,1
39.0
Jumlah
59
100

            Berdasarkan tabel 4.2. Dari 59 responden yang diteliti, mayoritas responden memiliki tingkat minat kurang sebanyak 26 responden (44,1%), dan minoritas responden memiliki tingkat minat sangat baik tidak ada (0%).
Tabel 4.3.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Motivasi Mahasiwa/i Terhadap Mata Kuliah Dokumentasi Asuhan Keperawatan
di Akademi Keperawatan Harapan Mama
Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2012

Tingkat Motivasi
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
0
4
2
21
32
0
6,8
3,4
35,6
54,2
Jumlah
59
100
       
            Berdasarkan tabel 4.3. Dari 59 responden yang diteliti, mayoritas responden memiliki tingkat motivasi sangat kurang sebanyak 32 responden (54,2%), dan minoritas responden memiliki tingkat motivasi sangat baik tidak ada (0%).

4.2.            Pembahasan
            Hasil penelitian tentang faktor internal terhadap prestasi belajar Mahasiswa/i tingkat III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatan Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang, yang didapat adalah sebagai berikut :
1.      Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tingkat kecerdasan Mahasiswa/i tingkat III tentang mata kuliah Dokumentasi Asuhan Keperawatan dari 59 responden yang memiliki tingkat kecerdasan sangat baik tidak ada (0%), yang memiliki tingkat kecerdasan baik sebanyak 4 orang (6,8%), yang memiliki tingkat kecerdasan cukup sebanyak 9 orang (15,3%), yang memiliki tingkat kecerdasan kurang sebanyak 35 orang (59,3%), dan yang memiliki tingkat kecerdasan sangat kurang sebanyak 11 orang (18,6%).
            Kecerdasan atau intelegensi merupakan aspek yang berperan penting dalam proses belajar dan berperan besar dalam menentukan keberhasilan dalam proses belajar. Siswa yang memiliki kecerdasan normal dan diatas normal, akan dengan mudah memahami materi pelajaran. Siswa tersebut sangat berpotensi mendapatkan prestasi yang bagus dalam proses balajar (Ahira, 2009).
            Menurut peneliti hal ini dikarenakan kecerdasan merupakan bawaan lahir dan setiap manusia memiliki kecerdasan berbeda-beda. Orang yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi maka akan dengan mudah menguasai suatu hal dibandingkan orang yang memiliki kecerdasan rendah. Orang dengan kecerdasan rendah akan lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lama untuk menguasai suatu hal.
2.      Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tingkat minat Mahasiswa/i tingkat III tentang mata kuliah Dokumentasi Asuhan Keperawatan dari 59 responden yang memiliki tingkat minat sangat baik tidak ada (0%), yang memiliki tingkat minat baik sebanyak 4 orang (6,8%), yang memiliki tingkat minat cukup sebanyak 6 orang (10,2%), yang memiliki tingkat minat kurang sebanyak 26 orang (44,1%), dan yang memiliki tingkat minat sangat rendah sebanyak 23 orang (39,0%).
            Minat belajar adalah kecendrungan atau kegemaran atau kemauan penuh peserta didik untuk mengikuti proses belajar (Ahira, 2009).
            Menurut peneliti hal ini dikarenakan Mahasiswa/i tingkat III kurang berminat untuk mempelajari tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan, mereka beranggapan mata kuliah ini sangat ribet, membosankan, dan tidak menarik. Mereka juga beranggapan bahwa Dokumentasi Asuhan Keperawatan (Askep) tidak dipergunakan dan pembuatannya tidak selengkap seperti pembuatan Askep saat kuliah apabila mereka bekerja nanti. Alasan ini muncul setelah mereka menjalani PBL (Praktek Belajar Lapangan) di Rumah Sakit, sehinga mereka kurang berinat pada mata kulian Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
3.      Hasil  penelitian menunjukkan bahwa, tingkat motivasi Mahasiswa/i tingkat III tentang mata kuliah Dokumentasi Asuhan Keperawatan dari 59 responden yang memiliki tingkat motivasi sangat baik tidak ada (0%), yang memiliki tingkat motivasi baik sebanyak 4 orang (6,8%), yang memiliki tingkat motivasi cukup  sebanyak 2 orang (3.4%), yang memiliki tingkat motivasi kurang sebanyak 21 orang (35,6%), dan yang memiliki tingkat motivasi sangat kurang sebanyak 32 orang (54,2%).
            Motivasi adalah dorongan yang kuat atau keinginan yang kuat untuk terus melakukan sesuatu. Motivasi belajar yang lahir dari dalam peserta didik adalah modal besar untuk meningkatkan prestasi belajar (Ahira, 2009).
            Menurut Peneliti hal ini dikarenakan minat Mahasiswa/i tingkat III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan yang kurang yang secara tidak langsung berpengaruh pada motivasi mereka sehingga membuat motivasi mereka untuk mempelajari mata kuliah ini menjadi sangat kurang. Persepsi tidak begitu pentingnya Dokumentasi Asuhan Keperawatan di dunia kerja yang aktualnya hanya dibuat “alakadarnya” saja (tidak lengkap), menjadi salah satu faktor pendukung sangat kurangnya motivasi mahasiswa/i tingkat III terhadap Dokumentasi Asuhan Keperawatan.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.            Kesimpulan
            Setelah dilakukan penelitian tentang faktor internal terhadap prestasi belajar Mahasiswa/i tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatan Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang, maka didapat kesimpulan sebagai berikut :
1.      Tingkat kecerdasan Mahasiswa/i tingkat III tentang mata kuliah Dokumentasi Asuhan Keperawatan dari 59 responden mayoritas tingkat kecerdasan kurang sebanyak 35 orang (59,3%).
2.      Tingkat minat Mahasiswa/i tingkat III tentang mata kuliah Dokumentasi Asuhan Keperawatan dari 59 responden mayoritas responden memiliki tingkat minat kurang sebanyak 26 orang (44,1%).
3.      Tingkat motivasi Mahasiswa/i tingkat III tentang mata kuliah Dokumentasi Asuhan Keperawatan dari 59 responden mayoritas responden memiliki tingkat motivasi sangat kurang sebanyak 32 orang (54,2%).
            Hasil kesimpulan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa faktor internal yaitu kecerdasan, minat dan motivasi sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa/i tingkat III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Akademi Keperawatan Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang.



5.2.            Saran
5.2.1.      Bagi Mahasiswa
            Pada Mahasiswa/i Keperawatan untuk lebih dapat menguasai tentang Dokumentasi Asuhan keperawatan karena merupakan kompetensi dasar dan hal yang sangat penting bagi seorang perawat baik dalam pendidikan maupun di lapangan.
5.2.2.      Bagi Pendidikan
           Untuk institusi pendidikan agar lebih dapat meningkatkan kualitas calon perawat terutama tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan dengan membuat pelajaran ini lebih menarik untuk dipelajari agar terbentuknya prestasi yang baik pada Mahasiswa/i dan terciptanya calon perawat yang berkualitas.
5.2.3.      Bagi Peneliti
            Bagi peneliti diharapkan untuk dapat meneliti lebih luas dan lebih dalam lagi dengan metode yang lengkap agar dapat menyempurnakan penelitian ini dan mengambil tindakan terbaik, meningkatkan prestasi terhadap hasil evaluasi mengenai faktor internal terhadap prestasi belajar Mahasiswa/i tingkat III tentang Dokumentasi Asuhan Keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Aam (2011), Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi. Pada Website : http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2108909-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-motivasi/. Diakses pada tangal 25 Mei 2012, jam 11.07 WIB.
Ahira Anne (2009), Defenisi Faktor Internal. Pada website : http://www.anneahira.com/prestasi-belajar-5944.htm. Diakses pada tanggal 15 Maret 2012, jam 16:33 WIB.
Ahira, Anne (2009), Faktor-faktor Internal Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. Pada website : http://www.anneahira.com/prestasi-belajar-5944.htm. Diakses pada tanggal 15 Maret 2012, jam 16:33 WIB.
Ali, Zaidin (2009), Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. EGC : Jakarta.
                  (2010), Pengantar Metode Statistik Untuk Keperawatan. TIM : Jakarta.
Arikunto, Suharsimi (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta : Jakarta.
Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan. EGC : Jakarta.
Deswani (2011), Proses Keperawatan dan berpikir Kritis. Salemba Medika : Jakarta.
Dinarti, dkk (2009), Dokumentasi Keperawatan. TIM : Jakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul (2009), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.
                                                      , Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.
Hutahaean, Serri. (2010), Konsep dan Dokumentasi Proses Keperawatan. TIM : Jakarta.
Marelli, T.M (2007), Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta.
Notoatmodjo, soekidjo (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : jakarta.
Nursalam (2008), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.
                 (2011), Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.
Prasetyaningsih (2010), Minat Belajar. Pada Website : http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/02/minat-belajar/. Diakses pada tanggal 24 mei 2012, jam 12.00 WIB.
Prayouw (2012), Defenisi Mahasiswa. Pada website : http://fanuel040409.blogspot.com/2012/01/pengertian-mahasiswa.html. Diakses pada tanggal 24 Maret 2012. Jam 11:05 WIB.
Syafiruddin (2011), Pengertian Prestasi Belajar. Pada website : http://www.syafir.com/2011/02/12/pengertian-prestasi-belajar. Diakses pada tanggal 24 Maret 2012, jam 10:49 WIB.
Syam (2011), Cara Sederhana Meningkatkan Kecerdasan. Pada Website : http://smsrsd-infopenting.blogspot.com/2011/03/cara-sederhana-meningkatkan-kecerdasan.html. Diakses pada tanggal 25 Mei 2012, jam 15.31 WIB.
Sumajitun (2010), Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. TIM : Jakarta.