Asuhan Keperawatan Pada Glaukoma

Jumat, 02 Maret 2012

mengukur kekuatan / tonus otot



Seringkali pasien mendatangi klinik untuk mendapatkan pertolongan karena merasa lemah dan kenyataannya memang lemas dan merasa tak bertenaga untuk itu dokter atau tenaga medis lainnya melakukan pengukuran kekuatan otot secara tradisional artinya  mengukur kekuatan otot pasien dengan memakai skala klasik 0,1,2,3,4,5. antara lain;

Skala 0.
 artinya otot tak  mampu bergerak, misalnya jika tapak tangan dan jari mempunyai skala 0 berarti tapak tangan dan jari tetap aja ditempat walau sudah diperintahkan untuk bergerak.

Skala 1.
 jika otot ditekan masih terasa ada kontraksi atau kekenyalan ini berarti otot masih belum atrofi atau belum layu.

Skala 2,
dapat mengerakkan otot atau bagian yang lemah sesuai perintah misalnya tapak tangan disuruh telungkup atau lurus bengkok tapi jika ditahan sedikit saja sudah tak mampu bergerak

Skala 3,
dapat menggerakkan otot dengan tahanan minimal misalnya dapat menggerakkan tapak tangan dan jari

Skala4,
 Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.

Skala 5,
 bebeas bergerak dan dapat melawan tahanan yang setimpal

Skala diatas pada umumnya dipakai  untuk memeriksa  penderita yang mengalami kelumpuhan selain mendiagnosa status kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan atau sebaliknya apakah terjadi perburukan pada seseorang penderita.
Menjabat tangan pasien dapat juga di gunakan untuk mengukur kekuatan ototnya, dengan cara  mengajak berjabat tangan  dan menganjurkan pasien untuk mengerahkan tenaga memencet jari-jari kita. Kalau lemah akan terasa tangan pasien tak mampu meremas kuat tangan kita. Kesulitannya adalah kalau pasien cewek yang tak pernah menggunakan tenaga otot jari tangan, remasannya terasa kurang kuat walaupun sudah dipaksakan untuk itu dapat diperiksa lebih jauh dengan hati-hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar