Asuhan Keperawatan Pada Glaukoma

Senin, 30 Januari 2012

Asuhan Keperawatan Pada Glaukoma

Created By : Erwin Saputra
KONSEP DASAR MEDIS
1.1 Definisi
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa tekanan intra okuler penggaungan pupil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler. (Long Barbara, 1996)

Klasifikasi
1. Glaukoma primer
Glukoma sudut terbuka terjadi karena tumor aqueus mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular kelainannya berkembang lambat.
Glaukoma sudut tertutup terjadi karena ruang anterior menyempit, sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqoeus mengalir ke saluran schlemm.

2. Glaukoma sekunder
Glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut / peningkatan volume cairan dari dalam mata dapat diakibatkan oleh : perubahan lensa
Kelainan uvea
Trauma
Bedah

3. Glaukoma congenital
Glaukoma yang terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal memfungsikan trabekular.

4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir, sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.

Berdasarkan lamanya :

1. Glaukoma akut
Penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
2. Glaukoma kronik
Penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
1.2 Etiologi
Primer
a. Akut
Dapat disebabkan karena trauma.
b. Kronik
Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti :
            Diabetes mellitus, Arteriosklerosis, Pemakaian kortikosteroid jangka
Panjang, Miopia tinggi dan progresif.
Dari etiologi diatas dapat menyebabkan sudut bilik mata yang sempit.

2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti :
                  Katarak, Perubahan lensa, Kelainan uvea
, Pembedahan.


1.3Patofisiologi
Etiologi


 

Penyempitan ruang anterior mata


 

menghambat humor aqoeus mengalir ke saluran schlemm.


 

Peningkatan TIO


 

Menekan syaraf optic


 

Nyeri (pada kepala)


 

Glaukoma
           
            1.4 Manifestasi Klinis
Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
- Kerusakan visus yang serius
- Lapang pandang mengecil dengan macam – macam skotoma yang khas
- Perjalanan penyakit progresif lambat

b. Glaukoma sudut tertutup
- Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
- Timbulnya halo disekitar cahaya
- Pandangan kabur
- Sakit kepala
- Mual, muntah
- Kedinginan
- Demam bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang dapat sedemikian kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.

 Glaukoma sekunder
- Pembesaran bola mata
- Gangguan lapang pandang
- Nyeri didalam mata

 Glaukoma kongenital
- Gangguan penglihatan
                   
1.5 Pemeriksaan Diagnostik

a. Kartu snellen / mesin telebinoklear
     Digunakan untuk mengetahui ketajaman mata dan sentral penglihatan
b. Lapang penglihatan
     Terjadi penurunan disebabkan oleh CSV, masa tumor pada hipofisis / otak,
     karotis / patofisiologis, arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi
     Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran gonoskopi
     Membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup
e. Tes provokatif
     Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal / hanya meningkat
     ringan.
f. Pemeriksaan aftalmosko
     Menguji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema,
     perdarahan retina dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED
     Menunjukkan anemia sistemik / infeksi
h. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid
     Memastikan arterosklerosis, PAK
i. Tes toleransi glukosa
     Menentukan adanya DM
                  KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.1Pengkajian
1. Anamnesis
Anamnesis meliputi data demografi, yang meliputi :
Umur, glaukoma primer terjadi pada
- individu berumur > 40 tahun.
Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali dari kulit putih (dewit, 1998).
Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata.
Selain itu harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi)
Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan bicara cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif, dan berduka karena kehilangan penglihatan. (Indriana N. Istiqomah, 2004)

2. Pemeriksaan Fisik
a. Neurosensori
 Gangguan penglihatan (kabur/ tidak jelas), sinar terang dapat
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa diruang gelap (katarak), tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotfobia (galukoma akut) bahan kaca mata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

- Tanda : pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berwarna, peningkatan air mata.
 Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan
 oftalmaskop untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan dalampada glaukoma akut primer, karena anterior dangkal, Aqueus humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.

- Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.

- Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil, sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya.

b. Nyeri/ kenyamanan
 Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis)
 Nyeri tiba- tiba / berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d peningkatan tekanan intraokuler d/d klien mengeluh nyeri pada mata hingga ke kepala
2. Perubahan persepsi sensori,penglihatan b/d hilangnya pandangan perifer d/d disorientasi terhadap lingkungan
3. Resti cidera b/d penurunan lang pandang optimal
      4. Ansietas b/ d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan d/d ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
5. kurang pengtahuan b/d Kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, d/d pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.


1.3 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri b/d peningkatan tekanan intraokuler d/d klien mengeluh nyeri pada mata hingga ke kepala

Tujuan : nyeri terkontrol / tulang
Kriteria hasil :
Pasien mengatakan nyeri berkurang / hilang
Ekspresi wajah rileks
Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan
penilaian pengontrolan nyeri.

Intervensi :
a. Observasi derajat nyeri mata
Rasional : mengidentifikasi kemajuan / penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
b. Anjurkan istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang
Rasional : stress mental / emosi menyebabkan peningkatan TIO
c. Ajarkan pasien teknik distraksi
Rasional : membantu dalam penurunan persepsi / respon nyeri
d. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program
Rasional : untuk mengurangi nyeri

2. Perubahan persepsi sensori,penglihatan b/d hilangnya pandangan perifer d/d disorientasi terhadap lingkungan

Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria hasil :
Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan lebih lanjut.

Intervensi :
a. Kaji derajat / tipe kehilangan penglihatan
Rasional : mengetahui harapan masa depan klien dan pilihan intervensi.
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan.
Rasional : intervensi dini untuk mencegah kebutaan, klien menghadapi kemungkinan / mengalami kehilangan penglihatan sebagian atau total.
c. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis.
Rasional : Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lebih lanjut
d. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, misalnya agen osmotik sistemik.
Rasional : untuk mengurangi TIO
 
3.Resiko cedera b/d  penurunan lapang pandang optimal

Tujuan : peningkatan lapang pandang optimal
Kriteria hasil :
Tidak terjadi cedera.

Intervensi :
a. Bersihkan sekret mata dengan cara benar.
Rasional : sekret mata akan membuat pandangan kabur.
b. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata yang terlibat.
Rasional : terjadi penurunan tajam penglihatan akibat sekret mata.
c. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap
Rasional : mengurangi fotofobia yang dapat mengganggu penglihatan klien.
d. Perhatikan keluhan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah penggunaan tetes mata dan salep mata
Rasional : membersihkan informasi pada klien agar tidak melakukan aktivitas berbahaya sesaat setelah penggunaan obat mata.

4.Ansietas b/ d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan d/d ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.

Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
a.Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini
Rasional: mengetahui  factor yang mempengaruhi persepsi klien tentang ancaman diri
b.Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
Rasional : menurunkan kecemasan akibat ketidak tahuan akan penyakit dan harapan sembuh klien.
c.Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
Rasional : memberikan kesempatan klien untuk menerima situasi dirinya.
d.Identifikasi sumber/orang yang menolong.
Rasional : memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah
5. kurang pengtahuan b/d Kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, d/d pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
a.Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi
Rasional : penting untuk memberikan informasi pada perawat pada kasus darurat untuk menerima obat yang terkontraindikasi
b.Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
Rasional : meningkatkan keefektifan pengobatan
c.Izinkan pasien mengulang tindakan.
Rasional : untuk mengurangi resiko kesalahan
d.Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
Rasional : penyakit ini dapat di control, tidak untuk diobati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar