Created By : Erwin Saputra
KONSEP DASAR MEDIS
DEFINISI
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi
Pneumonia merupakan radang
paru yang disebabkan mikroorganisme(bakteri, virus, jamur, dan parasit).
Pneumonia
adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli.
Penumonia
adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di
dalam alveoli.
Pneumonia
adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi
akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Pneumonia
adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang
bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame"
dan terisi oleh cairan.
Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadium, yaitu :
(1) stadium
kongesti: kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus
terdapat eksudat jernih ,Bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan
makrofag.
(2) Stadium hepatisasi
merah: lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak
menggabung udara, warna mernjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Di
dalam alveolus didapatkam fibrin, leukosit neutrofil eksudat dan banyak sekali
eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
(3) stadium
hepatsasi kelabu: lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi
pucat kelabu. Permukaan pleura suram karna diliputi oleh fibrin. Alveolus
terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus. Kapiler
tidak lagi kongesif.
(4) stadium
resolusi: eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah
dan leukosit menglami nekrosis dan degenarasi lemak. Fibrin diresorbsi dan
menghilang. Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia
lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak
dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotika urutan
stadium khas ini tidak terlihat.
Pneumonia berdasarkan anatomic :
- Pneumonia lobaris : radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus paru-paru.
- Pneumonia lobularis (bronchopneumonia) : radang pada paru-paru yang mengenai satu/beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate.
- Pneumonia interstitialis (bronkhiolitis) : radang pada dinding alveoli (interstitium) dan peribronkhial dan jaringan interlobular.
Pneumonia berdasarkan penyebab dibagi menjadi 2
golongan:
1. pneumonia apical merupakan pneumonia yang
disebabkan oleh bakteri
2. pneumonia atipikal merupakan
pneumonia yang disebabkan oleh virus, protozoa/micoplasma dan jamur/parasit
2.1 ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
2.3 PATOFISIOLOGI
Etiologi
masuk ke dalam sistem pernapasan
(nassal,cavum nassal,faring,laring,trakea,bronkus,bronkiolus,alveoli,alveolus)
agen mengendap dan berkembang di alveoli
inflamasi pada alveoli
terproduksinya eksudat dan imigrasi leukosit ke alveoli
alveoli dipenuhi dairan
terganggunya difusi O2 dan CO2
PNEuMONIA
masuk ke dalam sistem pernapasan
(nassal,cavum nassal,faring,laring,trakea,bronkus,bronkiolus,alveoli,alveolus)
agen mengendap dan berkembang di alveoli
inflamasi pada alveoli
terproduksinya eksudat dan imigrasi leukosit ke alveoli
alveoli dipenuhi dairan
terganggunya difusi O2 dan CO2
PNEuMONIA
2.4
MANIFESTASI KLINIK
• Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5 ºC
sampai 40,5 ºC).
• Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
• Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur, pernafasan cuping
hidung,
• Nadi cepat dan bersambung
• Bibir dan kuku sianosis
• Sesak nafas
• Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5 ºC
sampai 40,5 ºC).
• Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
• Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur, pernafasan cuping
hidung,
• Nadi cepat dan bersambung
• Bibir dan kuku sianosis
• Sesak nafas
2.5 KOMPLIKASI
• Efusi pleura
• Hipoksemia
• Pneumonia kronik
• Bronkaltasis
• Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang tidak
mengandung udara dan kolaps).
• Komplikasi sistemik (meningitis)
• Efusi pleura
• Hipoksemia
• Pneumonia kronik
• Bronkaltasis
• Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang tidak
mengandung udara dan kolaps).
• Komplikasi sistemik (meningitis)
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
• Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
• Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
• Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
• Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
• Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
• Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
• Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
• Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
• Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
• Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
• Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
• Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien:
• Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Data dasar pengkajian pasien:
• Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
• Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
• Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi)
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi)
• Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
• Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
• Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : sputum: merah muda, berkarat
– perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
– premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
– Bunyi nafas menurun
– Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : sputum: merah muda, berkarat
– perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
– premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
– Bunyi nafas menurun
– Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
• Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
•
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
5. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
6. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan, penurunan masukan oral.
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
5. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
6. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan, penurunan masukan oral.
3.3 RENCANA
KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum ditandai dengan:
Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan
Bunyi nafas tak normal
Dispnea, sianosis
Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum ditandai dengan:
Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan
Bunyi nafas tak normal
Dispnea, sianosis
Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Tujuan : mengembalikan patensi jalan napas
Kriteria hasil : Batuk efektif
Nafas normal
Bunyi nafas bersih
Sianosis
Nafas normal
Bunyi nafas bersih
Sianosis
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan
dada
-Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali
ada aliran udara dan bunyi nafas
-ajarkan teknik batuk efektif
-Penghisapan
sesuai indikasi
-Berikan
cairan / minum air hangat
KOLABORASI
-Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks.
|
MANDIRI
-takipnea,
pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan.
-penurunan
aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
-batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan jalan nafas paten.
-merangsang
batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang
tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
-cairan
(khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
KOLABORASI
-alat untuk
menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk
memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan
secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan
|
2. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah,
gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:
Dispnea, sianosis
Takikardia
Gelisah/perubahan mental
Hipoksia
gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:
Dispnea, sianosis
Takikardia
Gelisah/perubahan mental
Hipoksia
Tujuan: meningkatkan
kebutuhan oksigen ke jaringan
Kriteria Hasil: Tidak ada Sianosis
Nafas normal
Tidak Sesak
Tidak ada Hipoksia
Tidak Gelisah
Kriteria Hasil: Tidak ada Sianosis
Nafas normal
Tidak Sesak
Tidak ada Hipoksia
Tidak Gelisah
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas
-Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku.
Catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral.
-Kaji status mental.
-Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi,
nafas dalam dan batuk efektif.
KOLABORASI
-Berikan
terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
|
MANDIRI
-manifestasi
distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan umum.
-sianosis
kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun
sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut
menunjukkan hipoksemia sistemik.
-gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia atau penurunan oksigen serebral.
-tindakan ini
meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
KOLABORASI
-mempertahankan
PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang tepat
|
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
Tujuan: infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil: waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
penularan penyakit ke orang lain tidak ada
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-Pantau tanda
vital dengan ketat khususnya selama awal terapi
-Tunjukkan
teknik mencuci tangan yang baik
Batasi
pengunjung sesuai indikasi.
-Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.
-Tingkatkan
masukan nutrisi adekuat.
KOLABORASI
-Berikan
antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal
penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.
|
MANDIRI
-selama awal
periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.
-sangat
efektif menurunkan resiko
penyebaran/perubahan infeksi.
-menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain
-memudahkan
proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan alamiah
KOLABORASI
-Obat
digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.
|
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan:
Dispnea
Takikardia
Sianosis
Tujuan: menormalkan
aktivitas seperti normal
Kriteria hasil: Nafas normal
Tidak Sianosis
Irama jantung normal/ tidak aritmia
Kriteria hasil: Nafas normal
Tidak Sianosis
Irama jantung normal/ tidak aritmia
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-Evaluasi
respon pasien terhadap aktivitas
-Berikan
lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
-Bantu pasien
memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur
-Bantu
aktivitas perawatan diri yang diperlukan
|
MANDIRI
-merupakan
kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
-menurunkan
stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
-pasien mungkin
nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi
-meminimalkan
kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen. |
5. Nyeri berhubungan
dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai dengan:
Nyeri dada
Sakit kepala
Gelisah
Nyeri dada
Sakit kepala
Gelisah
Tujuan: menghilangkan
nyeri
Kriteria hasil: Nyeri dada berkurang
Sakit kepala berkurang
klien rileks
Kriteria hasil: Nyeri dada berkurang
Sakit kepala berkurang
klien rileks
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-Tentukan
karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.
-Pantau tanda vital -Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi. -Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
KOLABORASI
-Berikan
analgesik dan antitusik sesuai indikasi
|
MANDIRI
-nyeri dada
biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul karena
pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis
-Untuk
mengetahui keadaan umum pasien
-tindakan non
analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
-cara untuk
mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan
upaya batuk.
KOLABORASI
-obat dapat
digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan mukosa berlebihan
meningkat kenyamanan istirahat umum
|
6. Resiko tinggi
terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses inflamasi ditandai
dengan tujuan:
Tujuan: pemenuhan
nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil: Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
BB meningkat / normal
Kriteria hasil: Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
BB meningkat / normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-identifikasi
faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.
-Berikan
makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien
-Evaluasi status
nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
|
MANDIRI
-pilihan
intervensi tergantung pada penyebab masalah
-tindakan ini
dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat
untuk kembali.
adanya
kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.
|
7. Resiko tinggi
terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan masukan oral.
berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan masukan oral.
Tujuan: Kekurangan volume cairan tudak
terjadi
Kriteria hasil: membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
tanda vital stabil.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-Kaji
perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.
-Kaji turgor
kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
-Catat
laporan mual/muntah
-Pantau
masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan.
Ukur berat badan sesuai indikasi.
-Tekankan
cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual
KOLABORASI
-Beri obat
indikasi misalnya antipiretik, antimitik.
-Berikan
cairan tambahan IV sesuai keperluan
|
MANDIRI
-peningkatan
suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan kehilangan
cairan untuk evaporasi.
-indikator
langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin
kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.
-adanya
gejala ini menurunkan masukan oral
-memberikan
informasi tentang keadekuatan volume cairan dan keseluruhan penggantian.
-pemenuhan
kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.
KOLABORASI
-berguna
menurunkan kehilangan cairan
-pada adanya
penurunan masukan banyak kehilangan penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan
|
8. Kurang pengetahuan
berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan:
Permintaan informasi
Tujuan: Menambah
pengetahuan klien
Kriteria hasil:
pengetahuan klien bertambah
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-Kaji fungsi
normal paru
- berikan
informasi dalam bentuk tetulis dan verbal
-tekankan
pentingnya melanjutkan terapi antibiotic selama periode yang dianjurkan
|
MANDIRI
- meningkatkan
pemahaman situasi yang ada
-kelemahan
dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi /
mengikuti program medic
-penghentian
dini antibiotic dapat menyebabkan iritasi mukosa bronkus, dan menghambat
makrofag alveolar, mempengaruhi pertahanan alami tubuh melawan infeksi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar