Asuhan Keperawatan Pada Glaukoma

Senin, 30 Januari 2012

Asuhan Keperawatan Pada Pneumonia

Created By : Erwin Saputra
KONSEP DASAR MEDIS
DEFINISI
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi
Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme(bakteri, virus, jamur, dan parasit).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli.
Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan.


Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadium, yaitu :
(1) stadium kongesti: kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih ,Bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.
(2) Stadium hepatisasi merah: lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak menggabung udara, warna mernjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Di dalam alveolus didapatkam fibrin, leukosit neutrofil eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
(3) stadium hepatsasi kelabu: lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karna diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus. Kapiler tidak lagi kongesif.
(4) stadium resolusi: eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit menglami nekrosis dan degenarasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotika urutan stadium khas ini tidak terlihat.

Pneumonia berdasarkan anatomic :
  1. Pneumonia lobaris : radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus paru-paru.
  1. Pneumonia lobularis (bronchopneumonia) : radang pada paru-paru yang mengenai satu/beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate.
  2. Pneumonia interstitialis (bronkhiolitis) : radang pada dinding alveoli (interstitium) dan peribronkhial dan jaringan interlobular.


Pneumonia berdasarkan penyebab dibagi menjadi 2 golongan:
1. pneumonia apical               merupakan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
2. pneumonia atipikal             merupakan pneumonia yang disebabkan oleh virus, protozoa/micoplasma dan jamur/parasit


2.1  ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans




2.3 PATOFISIOLOGI
Etiologi

masuk ke dalam sistem pernapasan
(nassal,cavum nassal,faring,laring,trakea,bronkus,bronkiolus,alveoli,alveolus)

agen mengendap dan berkembang di alveoli

inflamasi pada alveoli

terproduksinya eksudat dan imigrasi leukosit ke alveoli

alveoli dipenuhi dairan

terganggunya difusi O2 dan CO2

PNE
uMONIA
2.4  MANIFESTASI KLINIK
• Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5 ºC
sampai 40,5 ºC).
• Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
• Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur, pernafasan cuping
hidung,
• Nadi cepat dan bersambung
• Bibir dan kuku sianosis
• Sesak nafas
2.5 KOMPLIKASI
• Efusi pleura
• Hipoksemia
• Pneumonia kronik
• Bronkaltasis
• Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang tidak
mengandung udara dan kolaps).
• Komplikasi sistemik (meningitis)
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
• Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
• Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
• Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
• Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
• Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
• Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.



ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien:
• Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
• Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
• Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi)
• Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
• Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
• Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : sputum: merah muda, berkarat
– perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
– premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
– Bunyi nafas menurun
– Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
• Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
• Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
5. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
6. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan, penurunan masukan oral.

 3.3 RENCANA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum ditandai dengan:
            Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan
            Bunyi nafas tak normal
            Dispnea, sianosis
            Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Tujuan : mengembalikan patensi jalan napas
Kriteria hasil : Batuk efektif
                        Nafas normal
                        Bunyi nafas bersih
                        Sianosis
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada


-Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi nafas

-ajarkan teknik batuk efektif



-Penghisapan sesuai indikasi




-Berikan cairan / minum air hangat



KOLABORASI
-Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik, eks.
MANDIRI
-takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan.

-penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.

-batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan
jalan nafas paten.

-merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang
tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

-cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret


KOLABORASI
-alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa oksigen darah,
gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan:
            Dispnea, sianosis
            Takikardia
            Gelisah/perubahan mental
            Hipoksia
Tujuan: meningkatkan kebutuhan oksigen ke jaringan
 Kriteria Hasil: Tidak ada Sianosis
                        Nafas normal
                        Tidak Sesak
                        Tidak ada Hipoksia
                        Tidak Gelisah
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas


-Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral.



-Kaji status mental.



-Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.

KOLABORASI
-Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master, master venturi.
MANDIRI
-manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan
paru dan status kesehatan umum.

-sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.

-gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia
atau penurunan oksigen serebral.

-tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.

KOLABORASI
-mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang tepat

3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis, malnutrisi.

Tujuan: infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:  waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
                        penularan penyakit ke orang lain tidak ada
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi

-Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik
Batasi pengunjung sesuai indikasi.

-Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.

-Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.


KOLABORASI
-Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.
MANDIRI
-selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.

-sangat efektif menurunkan resiko  penyebaran/perubahan infeksi.

-menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain

-memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan alamiah

KOLABORASI
-Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan:
            Dispnea
            Takikardia
            Sianosis
Tujuan: menormalkan aktivitas seperti normal
Kriteria hasil: Nafas normal
                        Tidak Sianosis
                        Irama jantung normal/ tidak aritmia
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas


-Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.

-Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur

-Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
MANDIRI
-merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi

-menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.

-pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi

-meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.


5. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap ditandai dengan:
            Nyeri dada
            Sakit kepala
            Gelisah

Tujuan: menghilangkan nyeri
Kriteria hasil:  Nyeri dada berkurang
                        Sakit kepala berkurang
                        klien rileks
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.



-Pantau tanda vital

-Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi.


-Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.


KOLABORASI
-Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
MANDIRI
-nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis

-Untuk mengetahui keadaan umum pasien

-tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
-cara untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkat keefektifan
upaya batuk.

KOLABORASI
-obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum
6. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses inflamasi ditandai dengan tujuan:

Tujuan: pemenuhan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil:  Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
                        BB  meningkat / normal

INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum, banyak nyeri.

-Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggang)
makanan yang menarik oleh pasien

-Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
MANDIRI
-pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah


-tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat
untuk kembali.
adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon terhadap terapi.

7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut, penurunan masukan oral.
Tujuan: Kekurangan volume cairan tudak terjadi
Kriteria hasil:  membran mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil.


INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang, takikardia.

-Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)



-Catat laporan mual/muntah

-Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan. Ukur berat badan sesuai indikasi.

-Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual

KOLABORASI
-Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.

-Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
MANDIRI
-peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju metabolik dan kehilangan
cairan untuk evaporasi.

-indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2 tambahan.

-adanya gejala ini menurunkan masukan oral

-memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan keseluruhan penggantian.

-pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.


KOLABORASI
-berguna menurunkan kehilangan cairan


-pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan

8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan:
            Permintaan informasi
Tujuan: Menambah pengetahuan klien
Kriteria hasil: pengetahuan klien bertambah

INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-Kaji fungsi normal paru

- berikan informasi dalam bentuk tetulis dan verbal


-tekankan pentingnya melanjutkan terapi antibiotic selama periode yang dianjurkan
MANDIRI
- meningkatkan pemahaman situasi yang ada

-kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi / mengikuti program medic

-penghentian dini antibiotic dapat menyebabkan iritasi mukosa bronkus, dan menghambat makrofag alveolar, mempengaruhi pertahanan alami tubuh melawan infeksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar