KONSEP DASAR MEDIS
1.1 DEFINISI
Tumor
otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono,
MA, Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000) www.google.com
Tumor
otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak
(buku ajar patofisiologi) www.google.com
Tumor
otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada
jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase.
Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor
otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti
; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak
sekunder. www.google.com
Klasifikasi Tumor Otak:
Berdasarkan jenis tumor
a.(Benigna) Jinak
1. Acoustic neuroma
2. Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat
jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan
struktur yang berada di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan
lebih sering terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak
pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan
pemeriksaan CT scan otak.
3. Pituitary adenoma
4. Astrocytoma (grade I)
b. (Malignant) ganas
1. Astrocytoma (grade 2,3,4)
2. Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai
gangguan kejang parsial yang dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis
bersifat agresif dan menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan
tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat
kemosensitif.
3. Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan
berasal dari hubungan erat pada ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa
posterior paling sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa
ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa.
Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan
bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda
usia pasien maka makin buruk progmosisnya.
Berdasarkan lokasi
a. Tumor supratentorial
Hemisfer otak, terbagi lagi :
1. Glioma :
i) Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja
tetapi paling sering terjadi di hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra
lateral melalui korpus kolosum.
ii) Astroscytoma
iii) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat
menyerupai astrositoma tetapi terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor
relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi biasanya dijumpai pada
hemisfer otak orang dewasa muda.
2. Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat
atau oval dengan perlekatan duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas
karena adanya psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen
supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang dan kadang
disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena merupakan massa ekstraaksial
lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat perlekatannya pada duramater,
seperti Falk (25%), Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove
(10%), Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%), dan
Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi
juga berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan struktur otak di sekitar
tumor atau letak timbulnya tumor). Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio
frontalis dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis
kranii sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi
medial sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan
gangguan visus yang progresif.
b. Tumor infratentorial
1. Schwanoma akustikus
2. Tumor metastasisc
Lesi-lesi metastasis menyebabkan
sekitar 5 % – 10 % dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat
primer. Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun
neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat
juga bermetastasis ke otak.
a. Meningioma
Meningioma merupakan tumor
terpenting yang berasal dari meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan
penyambung araknoid dan dura.
b. Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari
unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum
1.2 ETIOLOGI
Penyebab
kanker otak masih idiopatik (belum diketahui secara pasti), akan tetapihal ini
mungkin dipengaruhi oleh:
a.
Herediter
Riwayat
tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b.
Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan
embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan
fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma
intrakranial dan kordoma.
c.
Radiasi
Jaringan
dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma.
Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak
penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya
neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus
dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e.
Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan
tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui
bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
f.
Trauma Kepala
1.3 PATOFISIOLOGI
ETIOLOGI
Pertumbuhan sel abnormal (neoplasma) pada jaringan intra
serebral atau ekstra serebral
Terbentuknya
massa di dalam ruang kranial
(intra serebral atau ekstra serebral)
TUMOR OTAK
Membesar dan
menekan Ruang
cranial
Peningkatan TIK
1.4 MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri kepala
Nyeri bersifat dalam, terus –
menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali. Biasanya paling
hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktifitas, yang biasanya
menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.
b. Nausea dan muntah
Akibat rangsangan pada medula
oblongata
c. Papiledema
Stasis vena menimbulkan pembengkakan
papila saraf optikus.
Tanda dan Gejala
Menurut lokasi tumor :
1. Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan
kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi
argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan
bicara.
2. Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot
wajah, lidah dan jari
3. Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
4. Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
5. Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran,
afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah
6. Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis,
gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan
7. Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan
motorik, hipotonia, hiperekstremitas sendi
Tanda dan Gejala Umum :
1. Nyeri kepala berat pada pagi hari,
makin bertambah bila batuk, membungkuk
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan tekanan
intra kranial : Pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran,
perubahan tanda-tanda vital, afasia.
4. Perubahan kepribadian
5. Gangguan memori
6. Gangguan alam perasa
Trias
Klasik ;
- Nyeri
kepala
- Papil
oedema
- Muntah
1.5 KOMPLIKASI
a. Edema serebral
b. Tekanan intracranial meningkat.
c. Herniasi otak
d. Hidrosefalus.
e. Kejang.
f. Metastase ke tempat lain
1.6 PENATALAKSAAN MEDIS
Pengobatan tumor otak meliputi pembedahan, kemoterapi,
radiasi atau kombinasi ketiga – tiganya.
a. Managemen umum. Terapi radiasi dan nutrisi yang adekuat.
b. Pembedahan. Kraniotomi, kraninektomi, prosedur
transpheniodal, prosedur shunting, dan reservoir Ommaya.
c. Terapi obat. Kortikosteroid,
antikonvulsan, analgesic/antipiretik, histamine reseptor antagonis, antacids,
kemoterapi sistemik.
1.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor.
b. Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah.
c. X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi
intracranial.
d. X-ray dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit
metastase.
e. CT scan atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan
ukuran ventrikel serebral.
f. Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur
midline
1.8 Gambar untuk tumor otak
tumor berada di jaringan intra cerebral
Pengangkatan tumor dengan cara operasi
Tumor yang telah diangkat
Bekas luka operasi setelah pengangkatan tumor
‘Gugun’ adalah selebritis kita yang terdiagnosis tumor otak dan menjalani
operasi pengangkatan tumor.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
a.
Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau
bahan – bahan kimia yang bersifat carcinogenik.
b.
Identifikasi tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala,
muntah dan penurunan penglihatan atau penglihatan double.
c.
Identifikasi adanya perubahan perilaku klien.
d.
Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi.
e.
Perubahan pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.
f.
Observasi adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak
mampu
g.
merasakan benda tajam), agnosia (tidak mampu mengenal
objek pada umumnya), apraxia (tidak mampu menggunakan alat dengan baik),
agraphia (tidak mampu menulis).
h.
Observasi tingkat kesadran dan tanda vital.
i.
Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
j.
Psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan
prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI DAN RASIONAL
1. gangguan perfusi cerebral b/d
kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor d/d penurunan tingkat
kesadaran.
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang
kriteria hasil : klien dapat mempertahankan tingkat kesadaran,
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang
kriteria hasil : klien dapat mempertahankan tingkat kesadaran,
kognisi dan fungsi motorik
TTV stabil
TTV stabil
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-
tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu yang dapat
menyebabkan penurunan fungsi dan
potensial peningkatan TIK
-
catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart
-
Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
-
pantau tekanan darah
|
MANDIRI
-
Untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat
-
mengkaji adanya kecendrungan
pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK
-
mengukur kesadaran secara
keseluruhan
-
normalnya, autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan
pada saat fluktasi tekanan darah sisitemik
|
2. Nyeri b/d peningkatan TIK d/d klien
mengeluh nyeri pada kepala. Klien tampak meringis kesakitan
Tujuan : nyeri berkurang / terkontrol
Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri hilang (terkontrol) atau berkurang
wajah klien tidak meringis
klien rileks
Tujuan : nyeri berkurang / terkontrol
Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri hilang (terkontrol) atau berkurang
wajah klien tidak meringis
klien rileks
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-
Kaji keluhan nyeri:karakteristik,
lokasi, lamanya, faktor yang memperberat
-
Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah,
gellisah, menangis, meringis, perubahan tanda vital
-
Instruksikan klien atau keluarganya untuk melaporkan nyeri dengan
segera jika timbul
-
Berikan kompres dingin pada kepala
KOLABORASI
-
Kolaborasi dalam pemberian analgesik
|
MANDIRI
-
Nyeri merupakan subjektif dan harus dijelaskan oleh klien. Identifikasi
faktor dan karakteristik nyeri
-
Merupakan indikator / derajat
nyeri yang tidak langsing yang dialami
-
Pengenalan segera meningkatkan
-
intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan
-
Meningkatkan rasa nyaman dengan rasa dingin
KOLABORASI
-
Dapat mengurangkan nyeri
|
3. Kerusakan komunikasi verbal b/d efek
afasia pada ekspresi atau intepretasi d/d kesalahan dalam mengucapkan
kata-kata, lambat berbicara, tidak jelas.
Tujuan : Tidak
mengalami kerusakan komunikasi verbal dan menunjukkan kemampuan komunikasi
verbal dengan orang lain dengan cara yang dapat di terima.
Kriteria Hasil : klien
dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi.
klien dapat
membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-
Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.
-
Minta klien untuk menulis nama atau kalimat yang pendek. Jika tidak
dapat menulis, mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek.
-
Berika metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis,
gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-gambar, daftar
kebutuhan, demonstrasi).
-
Katakan secara langsung dengan klien, bicara perlahan, dan dengan
tenang. Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban “ya/tidak” selanjutnya
kembangkan pada pertanyaan yang lebih komplek sesuai dengan respon pasien
|
MANDIRI
-
klien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar
dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkannya tidak nyata.
-
Menilai kemampuan menulis dan kekurangan dalam membaca yang benar yang
juga merupakan bagian dari afasia sensorik dan afasia motorik.
-
Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan/ deficit
yang mendasarinya.
-
Menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan berespons
pada informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu.
|
4. Perubahan persepsi sensori perseptual
b/d kerusakan traktus sensori dengan perubahan resepsi sensori, transmisi, dan
integrasi d/d kesalahan dalam identifikasi keadaan
Tujuan : klien
mampu menetapkan dan menguji realitas serta menyingkirkan kesalahan persepsi
sensori.
Kriteria hasil : klien
dapat mengenali kerusakan sensori
Klien dapat
mengidentifikasi prilaku yang dapat mengkompensasi
Kekurangan
klien dapat mengungkapkan kesadaran tentang kebutuhan
sensori dan potensial terhadap penyimpangan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-
Bantu klien mengenali dan mengkompensasi perubahan sensasi.
-
Berikan rangsang taktil, sentuh pasien pada area dengan sensori utuh,
missal : bahu, wajah, kepala.
-
Berikan tidur tanpa gangguan dan periode istirahat.
-
Pertahankan adanya respons emosional berlebihan, perubahan proses
berpikir, misal : disorientasi, berpikir kacau.
|
MANDIRI
-
Dapat membantu menurunkan ansietas tentang ketidaktahuan dan mencegah
cedera.
-
Menyentuh menyampaikan perhatian dan memenuhi kenutuhan fisiologis dan
psikologis normal.
-
Menurunkan kelebihan beban sensori, meningkatkan orientasi dan
kemampuan koping, dan membantu dalam menciptakan kembali pola tidur alamiah.
-
Indikasi kerusakan traktus sensori dan stress psikologis, memerlukan
pengkajian dan intervensi lebih lanjut.
|
5. Resiko tingggi cedera b/d vertigo
sekunder terhadap hipotensi ortostatik.
Tujuan : Diagnosa tidak menjadi masalah aktual
Kriteria hasil : klien dapat mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang
Tujuan : Diagnosa tidak menjadi masalah aktual
Kriteria hasil : klien dapat mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang
menyebabkan
vertigo
klien dapat menjelaskan metode pencegahan penurunan aliran darah di otak tiba-tiba yang berhubungan dengan ortostatik.
klien dapat melaksanakan gerakan mengubah posisi dan mencegah drop tekanan di otak yang tiba-tiba.
klien dapat menjelaskan metode pencegahan penurunan aliran darah di otak tiba-tiba yang berhubungan dengan ortostatik.
klien dapat melaksanakan gerakan mengubah posisi dan mencegah drop tekanan di otak yang tiba-tiba.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-
Kaji tekanan darah pasien saat klien mengadakan perubahan posisi tubuh.
-
Diskusikan dengan klien tentang fisiologi hipotensi ortostatik.
-
Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi hipotensi ortostatik
|
MANDIRI
-
Untuk mengetahui klien mengalami hipotensi ortostatik ataukah tidak.
-
Untuk menambah pengetahuan klien tentang hipotensi ortostatik.
-
Melatih kemampuan klien dan memberikan rasa nyaman ketika mengalami
hipotensi ortostatik.
|
6. Resiko gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d efek kemoterapi dan radioterapi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan
adekuat
Kriteria hasil : Antropometri: berat badan tidak turun
(stabil)
Biokimia: albumin normal dewasa
(3,5-5,0) g/dl
Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl,
perempuan 12-16 g/dl)
Clinis: tidak tampak kurus, terdapat
lipatan lemak, rambut tidak jarang dan merah
Diet: klien menghabiskan porsi
makannya dan nafsu makan bertambah
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-
Kaji tanda dan gejala kekurangan nutrisi: penurunan berat badan, tanda-tanda
anemia, tanda vital
-
Monitor intake nutrisi pasien
-
Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
-
Timbang berat badan 3 hari sekali
-
Monitor hasil laboratorium: Hb, albumin
KOLABORASI
-
Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik
|
MANDIRI
-
Menentukan adanya kekurangan nutrisi pasien
-
Salah satu efek kemoterapi dan radioterapi adalah tidak nafsu makan
-
Mengurangi mual dan terpenuhinya kebutuhan nutrisi.
-
Berat badan salah satu indikator kebutuhan nutrisi.
-
Menentukan status nutrisi
KOLABORASI
-
Mengurangi mual dan muntah untuk meningkatkan intake makanan
|
7. Ansietas b/d perubahan status
kesehatan d/d klien mengatakan khawatir akan kesehatannya. Klien tampak
gelisah. Ekspresi wajah tegang
Tujuan : Ansietas tidak terjadi
Kriteria hasil : klien mengungkapkan perasaan tenteng ketidak takutan akan
Tujuan : Ansietas tidak terjadi
Kriteria hasil : klien mengungkapkan perasaan tenteng ketidak takutan akan
penyakitnya
klien ntampak tenang
klien ntampak tenang
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
MANDIRI
-
Kaji tingkat kecemasan yang dialami klien
-
Berikan penjelasan tenteng penyakitnya dan gejalanya
-
Ajak klien mengungkapkan perasaannya
-
Jelaskan tentang prosedur pengobatan yang akan dilakukan
|
MANDIRI
-
Mengetahui derajat kecemasan
yang dialami
-
Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut akibat ketidak tahuan
-
Mengungkapkan perasaan dapay mengurangi kecemasan
-
Dapat meringankan ansietas terutama ketika pemeriksaan tersebut
melibatkan otak
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar