Asuhan Keperawatan Pada Glaukoma

Senin, 30 Januari 2012

Asuhan Keperawatan Pada Tumor Otak

Created By : Erwin Saputra

KONSEP DASAR MEDIS

1.1  DEFINISI
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA, Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000) www.google.com

Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak (buku ajar patofisiologi) www.google.com

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder. www.google.com

            Klasifikasi Tumor Otak:
Berdasarkan jenis tumor
a.(Benigna) Jinak
1. Acoustic neuroma
2. Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
3. Pituitary adenoma
4. Astrocytoma (grade I)

b. (Malignant) ganas
1. Astrocytoma (grade 2,3,4)
2. Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
3. Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk progmosisnya.

 Berdasarkan lokasi
a. Tumor supratentorial
Hemisfer otak, terbagi lagi :
1. Glioma :
i) Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui korpus kolosum.
ii) Astroscytoma
iii) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi biasanya dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
2. Meningioma
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan gangguan visus yang progresif.

b. Tumor infratentorial
1. Schwanoma akustikus
2. Tumor metastasisc
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak.
a. Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura.
b. Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum

1.2  ETIOLOGI
Penyebab kanker otak masih idiopatik (belum diketahui secara pasti), akan tetapihal ini mungkin dipengaruhi oleh:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

e. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

f. Trauma Kepala

1.3  PATOFISIOLOGI
ETIOLOGI

Pertumbuhan sel abnormal (neoplasma) pada jaringan intra serebral atau ekstra serebral

Terbentuknya massa di dalam ruang kranial
(intra serebral atau ekstra serebral)

TUMOR OTAK

Membesar dan
menekan Ruang
cranial
Peningkatan TIK


1.4  MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktifitas, yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.

b. Nausea dan muntah
Akibat rangsangan pada medula oblongata

c. Papiledema
Stasis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.

Tanda dan Gejala
Menurut lokasi tumor :
1. Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
2. Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari
3. Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
4. Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
5. Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah
6. Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan
7. Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperekstremitas sendi
Tanda dan Gejala Umum :
1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin bertambah bila batuk, membungkuk
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : Pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.
4. Perubahan kepribadian
5. Gangguan memori
6. Gangguan alam perasa
Trias Klasik ;
- Nyeri kepala
- Papil oedema
- Muntah

1.5  KOMPLIKASI
a. Edema serebral
b. Tekanan intracranial meningkat.
c. Herniasi otak
d. Hidrosefalus.
e. Kejang.
f. Metastase ke tempat lain

1.6  PENATALAKSAAN MEDIS
Pengobatan tumor otak meliputi pembedahan, kemoterapi, radiasi atau kombinasi ketiga – tiganya.
a. Managemen umum. Terapi radiasi dan nutrisi yang adekuat.
b. Pembedahan. Kraniotomi, kraninektomi, prosedur transpheniodal, prosedur shunting, dan reservoir Ommaya.
c. Terapi obat. Kortikosteroid, antikonvulsan, analgesic/antipiretik, histamine reseptor antagonis, antacids, kemoterapi sistemik.

1.7  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor.
b. Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah.
c. X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intracranial.
d. X-ray dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit metastase.
e. CT scan atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan ukuran ventrikel serebral.
 f. Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur midline

1.8  Gambar untuk tumor otak
             tumor berada di jaringan intra cerebral
Pengangkatan tumor dengan cara operasi


Tumor yang telah diangkat
Bekas luka operasi setelah pengangkatan tumor


        
‘Gugun’ adalah selebritis kita yang terdiagnosis tumor otak dan menjalani operasi pengangkatan tumor.


KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.1  PENGKAJIAN
a.      Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan – bahan kimia yang bersifat carcinogenik.
b.      Identifikasi tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala, muntah dan penurunan penglihatan atau penglihatan double.
c.       Identifikasi adanya perubahan perilaku klien.
d.      Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi.
e.      Perubahan pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.
f.        Observasi adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak mampu
g.      merasakan benda tajam), agnosia (tidak mampu mengenal objek pada umumnya), apraxia (tidak mampu menggunakan alat dengan baik), agraphia (tidak mampu menulis).
h.      Observasi tingkat kesadran dan tanda vital.
i.        Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
j.        Psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.





2.2  DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI DAN RASIONAL
1.      gangguan perfusi cerebral b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor d/d penurunan tingkat kesadaran.
Tujuan :                 gangguan perfusi jaringan berkurang
kriteria hasil :        klien dapat mempertahankan tingkat kesadaran,
kognisi dan fungsi motorik
            TTV stabil
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-          tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu yang dapat menyebabkan  penurunan fungsi dan potensial peningkatan TIK
-          catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart

-          Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
-           pantau tekanan darah

MANDIRI
-          Untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat


-           mengkaji adanya kecendrungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK
-           mengukur kesadaran secara keseluruhan
-          normalnya, autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan pada saat fluktasi tekanan darah sisitemik


2.      Nyeri b/d peningkatan TIK d/d klien mengeluh nyeri pada kepala. Klien tampak meringis kesakitan
Tujuan :                 nyeri berkurang / terkontrol
Kriteria hasil :       klien mengatakan nyeri hilang  (terkontrol) atau berkurang
                              wajah klien tidak meringis
                              klien rileks
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-          Kaji keluhan nyeri:karakteristik,   lokasi, lamanya, faktor yang memperberat
-          Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gellisah, menangis, meringis, perubahan tanda vital
-          Instruksikan klien atau keluarganya untuk melaporkan nyeri dengan segera jika timbul
-          Berikan kompres dingin pada kepala

KOLABORASI
-          Kolaborasi dalam pemberian analgesik
MANDIRI
-          Nyeri merupakan subjektif dan harus dijelaskan oleh klien. Identifikasi faktor dan karakteristik nyeri
-          Merupakan indikator /  derajat nyeri yang tidak langsing yang dialami
-          Pengenalan segera meningkatkan

-          intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan

-          Meningkatkan rasa nyaman dengan rasa dingin
KOLABORASI
-          Dapat mengurangkan nyeri


3.      Kerusakan komunikasi verbal b/d efek afasia pada ekspresi atau intepretasi d/d kesalahan dalam mengucapkan kata-kata, lambat berbicara, tidak jelas.
Tujuan :                 Tidak mengalami kerusakan komunikasi verbal dan menunjukkan kemampuan komunikasi verbal dengan orang lain dengan cara yang dapat di terima.
Kriteria Hasil :       klien dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi.
klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-          Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.



-          Minta klien untuk menulis nama atau kalimat yang pendek. Jika tidak dapat menulis, mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek.
-          Berika metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis, gambar. Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-gambar, daftar kebutuhan, demonstrasi).
-          Katakan secara langsung dengan klien, bicara perlahan, dan dengan tenang. Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban “ya/tidak” selanjutnya kembangkan pada pertanyaan yang lebih komplek sesuai dengan respon pasien
MANDIRI
-          klien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkannya tidak nyata.

-          Menilai kemampuan menulis dan kekurangan dalam membaca yang benar yang juga merupakan bagian dari afasia sensorik dan afasia motorik.
-          Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan/ deficit yang mendasarinya.


-          Menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan berespons pada informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu.

4.      Perubahan persepsi sensori perseptual b/d kerusakan traktus sensori dengan perubahan resepsi sensori, transmisi, dan integrasi d/d kesalahan dalam identifikasi keadaan
Tujuan :                 klien mampu menetapkan dan menguji realitas serta menyingkirkan kesalahan persepsi sensori.
Kriteria hasil :       klien dapat mengenali kerusakan sensori
Klien  dapat mengidentifikasi prilaku yang dapat mengkompensasi
Kekurangan
klien dapat mengungkapkan kesadaran tentang kebutuhan
sensori dan potensial terhadap penyimpangan.
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-          Bantu klien mengenali dan mengkompensasi perubahan sensasi.

-          Berikan rangsang taktil, sentuh pasien pada area dengan sensori utuh, missal : bahu, wajah, kepala.
-          Berikan tidur tanpa gangguan dan periode istirahat.



-          Pertahankan adanya respons emosional berlebihan, perubahan proses berpikir, misal : disorientasi, berpikir kacau.
MANDIRI
-          Dapat membantu menurunkan ansietas tentang ketidaktahuan dan mencegah cedera.
-          Menyentuh menyampaikan perhatian dan memenuhi kenutuhan fisiologis dan psikologis normal.
-          Menurunkan kelebihan beban sensori, meningkatkan orientasi dan kemampuan koping, dan membantu dalam menciptakan kembali pola tidur alamiah.
-          Indikasi kerusakan traktus sensori dan stress psikologis, memerlukan pengkajian dan intervensi lebih lanjut.

5.      Resiko tingggi cedera b/d vertigo sekunder terhadap hipotensi ortostatik.
Tujuan :                 Diagnosa tidak menjadi masalah aktual
Kriteria hasil :       klien dapat mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang
menyebabkan vertigo
klien dapat menjelaskan metode pencegahan penurunan aliran darah di otak tiba-tiba yang berhubungan dengan ortostatik.
klien dapat melaksanakan gerakan mengubah posisi dan mencegah drop tekanan di otak yang tiba-tiba.
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-          Kaji tekanan darah pasien saat klien mengadakan perubahan posisi tubuh.
-          Diskusikan dengan klien tentang fisiologi hipotensi ortostatik.
-          Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi hipotensi ortostatik
MANDIRI
-          Untuk mengetahui klien mengalami hipotensi ortostatik ataukah tidak.
-          Untuk menambah pengetahuan klien tentang hipotensi ortostatik.
-          Melatih kemampuan klien dan memberikan rasa nyaman ketika mengalami hipotensi ortostatik.

6.      Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d efek kemoterapi dan radioterapi.
Tujuan :                 Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
Kriteria hasil :       Antropometri: berat badan tidak turun (stabil)
Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl
Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, perempuan 12-16 g/dl)
Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak jarang dan merah
Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan bertambah
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-          Kaji tanda dan gejala kekurangan nutrisi: penurunan berat badan, tanda-tanda anemia, tanda vital
-          Monitor intake nutrisi pasien

-          Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
-          Timbang berat badan 3 hari sekali

-          Monitor hasil laboratorium: Hb, albumin
KOLABORASI
-          Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik
MANDIRI
-          Menentukan adanya kekurangan nutrisi pasien

-          Salah satu efek kemoterapi dan radioterapi adalah tidak nafsu makan
-          Mengurangi mual dan terpenuhinya kebutuhan nutrisi.
-          Berat badan salah satu indikator kebutuhan nutrisi.
-          Menentukan status nutrisi

KOLABORASI
-          Mengurangi mual dan muntah untuk meningkatkan intake makanan

7.      Ansietas b/d perubahan status kesehatan d/d klien mengatakan khawatir akan kesehatannya. Klien tampak gelisah. Ekspresi wajah tegang
Tujuan :                 Ansietas tidak terjadi
Kriteria hasil :       klien mengungkapkan perasaan tenteng ketidak takutan akan
penyakitnya
            klien ntampak tenang
INTERVENSI
RASIONAL
MANDIRI
-          Kaji tingkat kecemasan yang dialami klien
-          Berikan penjelasan tenteng penyakitnya dan gejalanya
-          Ajak klien mengungkapkan perasaannya
-          Jelaskan tentang prosedur pengobatan yang akan dilakukan

MANDIRI
-           Mengetahui derajat kecemasan yang dialami
-          Meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut akibat ketidak tahuan
-          Mengungkapkan perasaan dapay mengurangi kecemasan
-          Dapat meringankan ansietas terutama ketika pemeriksaan tersebut melibatkan otak






Tidak ada komentar:

Posting Komentar